Rabu, 09 Februari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI TANAMAN JAGUNG


FACEBOOK SAYA :
KLIK DISINI 



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI
TANAMAN JAGUNG









KELOMPOK V :
PRASETYO SIAGIAN D1A009112
M. SYAFIIL UMAM D1A009131
MUTIARA SANI SAMOSIR D1A009151
DARWIS P.SIAHAAN D1A0091
SUCI SEPTIANI D1A009164
MASRUKIN D1A009115
M.JAMHURI D1A009118
NURUL BADRIAH D1A009126


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011







BAB I.PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).











1.2. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh jumlah benih perlubang tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

1.3. HIPOTESIS
Bahwa jumlah benih perlubang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.

















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Keanekaragaman
Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:
– Indentata (Dent, "gigi-kuda")
– Indurata (Flint, "mutiara")
– Saccharata (Sweet, "manis")
– Everta (Popcorn, "berondong")
– Amylacea (Flour corn, "tepung")
– Glutinosa (Sticky corn, "ketan")
– Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya).

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:
– galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
– komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul
– sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam
– hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.


Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
• Kalori : 355 Kalori
• Protein : 9,2 gr
• Lemak : 3,9 gr
• Karbohidrat : 73,7 gr
• Kalsium : 10 mg
• Fosfor : 256 mg
• Ferrum : 2,4 mg
• Vitamin A : 510 SI
• Vitamin B1 : 0,38 mg
• Air : 12 gr
• Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.


Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.

Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi penghasil jagung di Indonesia yaitu Jawa Timur 5 jt ton; Jawa Tengah 3,3 jt ton; Lampung 2 jt ton; Sulawesi Selata 1,3 jt ton; Sumatera Utara 1,2 jt ton; Jawa Barat 700 – 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun.
Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT.


2.2 Populasi Per Satuan Luas

Dalam pertumbuhan jagung yang ditanam di lahan perkebunan Universitas Jambi, bahwa jarak tanam jagung tersebut berukuran 2x3 m.











2.3 Jumlah Benih Perlubang Tanam

Jumlah benih perlubang tanam dalam setiap petak lahan berbeda-beda. Dalam petak pertama dalam setiap lubang nya diisi tiga benih jagung. Dalam petakan yang kedua diisi dua benih jagung. Ini dilakukan agar pada saat jagung berumur satu minggu dapat dipilih mana tanaman jagung yang dapat hidup tumbuh dan dipilih berdasarkan tumbuh yang paling bagus.
Dalam percobaan ini di lakukan penanaman jagung dengan dua petak tanam dimana petak satu di tanam dua benih per lubang dan petak dua di tanam tiga benih per lubang.Setelah dilakukan penanaman benih dan tumbuh dilakukan penyeleksian tanaman yang di anggap bagus pertumbuhannya dengan memotong salah satu tanaman yang di anggap tidak bagus pertumbuhannya,dimana petak satu pada awal tanamnya dua tanaman manjadi satu tanaman dan petak dua pada awal tanamnya tiga tanaman menjadi dua tanaman.Hal ini dilakukan agar tanaman yang tumbuh adalah tanaman yang berkwalitas bagus.
Perbedaan perlakuan ini dimana pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang dan petak dua terdapat dua tanaman jagung per lubang untuk mengetahui pada petak tanaman mana yang lebih bagus pertumbuhannya.
Pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati bahwa pada petak tanaman jagung satu pertumbuhan tanaman jagungnya sangat bagus dengan batang yang lebih tinggi,besar,dan daun lebih lebar.Hal ini di karenakan persaingan unsur hara dan sinar matahari antara tanaman jagung lainnya sedikit.
Sangat berbeda pertumbuhannya dengan tanaman jagung pada petak dua yang terdapat dua tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati pada petak tanaman jagung dua pertumbuhan tanaman jagungnya sangat kurang bagus dengan batang yang berukuran kecil,rendah,dan daun yang tidak lebar.Hal ini karenakan persaingan unsur hara dan sinar matahari antara tanaman jagung lainnya sangat banyak.Jumlah benih jagung dalam satu lubang tanam sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung tersebut,karena tanaman jagung tersebut saling bersaing memperebutkan unsur hara dan sinar matahari untuk proses pertumbuhan tanaman jagung tersebut.


BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat
Praktikum dasar – dasar agronomi ini dilaksanakan dilahan depan rumah kaca ,fakultas pertanian, Universitas Jambi. Pada tanggal 20 oktober 2010 – 29 desember 2010 .

3.2. Bahan dan alat
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung sebanyak 75 butir ,pupuk kompos 1 karung dan pupuk anorganik
Alat – alat yang digunakan adalah cangkul,meteran, spidol,pisau cutter,tali plastic, karung goni, timbangan .

3.3. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak berkelompok dengan menggunakan 2 perlakuan yang berbeda yaitu 1 tanaman per lubang pada petak I dan 2 tanaman per lubang pada petak II.








3.4. pelaksanaan penelitian
3.4.1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah pada lahan pertama - tama adalah dengan cara pembersihan atau pembabatan gulma yang dapat mengganggu penyerapan unsur – unsur hara di dalam tanah sehingga tidak terjadi persaingan dan kemudian melakukan penggemburan dengan cara dicangkul dan dinaikkan tanah nya .penaikkan tanah dilakukan agar tanah lebih gembur .dan dibuat batas - batas atau petak tanaman. Batas petak atau luasnya adalah 200 cm x 300 cm pada petak 1 dan petak 2 dan dilakukan pemupupukan dasar pada tanah. pupuknya yang digunakan adalah pupuk kandang yang dicampur dengan serbuk gergaji ini dilakukan untuk memungkinkan pupuk tersebut lebih cepat terurai dan kandungan haranya lebih banyak.dan kemudian campuran pupuk tersebut didiamkan agak lama. Setelah itu pupuk itu ditebar secara merata pada lahan tersebut ini dilakukan agar setiap tanaman mendapat unsur hara yang sebanding .

3.4.2. penanaman tanaman jagung
Pembuatan lubang tanam jagung yang digunakan adalah suatu alat yang disebut tugal atau alu. Tugal atau alu ini terbuat dari kayu yang salah satu ujungnya dibuat runcing. Tugal bermata tunggal.
Cara menggunakan alat tersebut adalah menancapkan ujung nya kedalam tanah sesui dengan jarak tanam yaitu 40 cm x 60 cm. Adapun kedalaman penugalan tersebut sangat tergantung pada kelengasan tanahnya yaitu sekitar 2,5 cm - 5 cm. Setelah lubang tanam terbentuk , benih yang telah dipersiapkan sebelumnya dimasukkan kedalam lubang sesuai dengan jumlah lubangnya. Pada petak 1 diberi 2 benih jagung sedangkan pada petak 2 diberi 3 biji pada lubang tanam. Selanjutnya, lubang yang telah ada benihnya ditutup dengan sedikit tanah yang gembur.




3.4.3.Penyulaman
Satu minggu setelah tanam ,ada tanaman jagung yang tidak tumbuh atau mati maka dilakukanlah penyulaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Yang ada pada lubang tanaman yang tanaman nya berlebih. Dan dipindahkan pada lubang yang tanaman mati atau tidak tumbuh. Jagung yang tidak tumbuh atau mati bisanya , selain karena adanya serangan hama dan penyakit ,bias juga karena kelengasan tanahnya yang rendah (kekeringan).
3.4.4.Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan / menghilangkan tumbuhan pengganggu (gulma)yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jagung. Dan juga pengurangan jumlah tanaman pada tiap lubang karena tiap lubang segaja benih ditaruh berlebih satu karena mengantisipasi tanaman yang tidak tumbuh. Sehingga setiap lubang pada petak pertama terdapat 1 tanaman dan setiap lubang pada petak 2 terdapat 2 tanaman . penyiangan pertam kali dilakukan pada waktu tanaman jagung berumur kira – kira 14 hari setelah tanam. Dan untuk penyiangan gulma berikutnya dilakukan pada saat ada anggota kelompok berada pada pembagian waktu penyiraman.

3.4.5.Penyiraman
Penyiraman dilakukan dilakukan mulai dari tanaman jagung tumbuh dan disiram tiap hari pada sore hari sekitar pada pukul 15.00 – 18.00. dan banyaknya air yang disiram tergantung pada orang yang piket pada hari itu berbeda – beda .






3.4.6 Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Yang pertama dilakukan pada saat jagung di tanam. Dosis pupuk saat pemupukan pertama adalah Urea 83 kg/ ha atau 50 gr/petak, Sp36 150 kg/ ha atu 90 gr/petak dan KCl 75 kg/ ha atau 45 gr/petak. Pemupukan yang kedua dilakukan 4 minggu setelah tanam, pupuk yang di berikan adalah pupuk Urea dengan dosis 167 kg/ha atau 100 gr/petak. Pupuk diberikan dengan cara larikan pada tiap-tiap baris tanaman. Untuk Urea pada pemupukan pertama tiap barisan di berikan 12,5 gr/ baris. Tsp di berikan 22,5 gr/ baris dan KCl diberikan 11,25 gr/baris. Pada pemupukan yang kedua pupuk urea yang di berikan 25 gr/ baris.


3.5.Variabel
3.5.1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman jagung merupakan pengukuran terhadap prosespertumbuhan atau proses vegetative. Pengukuran ini dilakukan pada minggu ke 2 setelah penanaman hingga batas akhir proses vegetative yakni ditandai dengan munculnya malay , malay menandakan bahwa tanaman jagung telah mengalami proses generative. Teknis pengukuran tinggi tanaman jagung yakni dari pagkal batang sampai titik akhir tumbuh yakni pada daun terpanjang.







3.5.2.Lebar daun
Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke 5 dari penanaman. Lebar daun yang diukur adalah lebar daun ke enam , hal ini dilakukan karena daun ke enam merupakan indicator pertumbuhan yang lebih baik dari daun lainnya. Teknis pengukuran yakni ukuran terlebar dari daun ke enam tersebut. Pengukuran lebar daun sampai batas akhir proses vegetative pada jagung yakni sampai muncul malay.

3.5.3. Munculnya malay
Munculnya malay merupakan pertanda bahwa jagung telah melewati masa proses vegetative. Perhitungan jumlah yakni dihitung pada kedua petak percobaan sebanyak 18 malay. Pada masing – masing petak artinya ada 36 malay yang dihitung.

3.5.4.Jumlah tongkol
Jumlah tongkol diperoleh dari tanaman jagung yang telah mengalami pembuahan . dan dihitung keseluruhan buah yang di hasilkan tanaman jagung.

3.5.5.Analisis data.
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variable yang diamati maka data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistic menggunakan analisi ragam atau perbandingan untuk semua pengukuran.






IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengukuran tinggi tanaman
Hari / tanggal : rabu / 10 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 32 cm
2 24 cm
3 31 cm
4 33 cm
5 33,5 cm
6 29 cm
7 30,5 cm
8 32 cm
9 36 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 37,5 cm 41 cm 39.25 cm
2 37,5 cm 33,5 cm 37.5 cm
3 35,5 cm 28 cm 31.75 cm
4 39 cm 31 cm 35 cm
5 31,5 cm 30 cm 30.75 cm
6 36 cm 41 cm 38.5 cm
7 38 cm 36 cm 37 cm
8 34,5 cm 32 cm 33.25 cm
9 39 cm 39,5cm 39 cm

Hari / tanggal : rabu / 17 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 67,5 cm
2 50 cm
3 62 cm
4 59 cm
5 64 cm
6 57 cm
7 60 cm
8 66 cm
9 69 cm


PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 69 cm 73 cm 71
2 60 cm 59 cm 59.5
3 62 cm 51 cm 56.5
4 66 cm 61 cm 63.5
5 50 cm 56 cm 53
6 60 cm 69 cm 64.5
7 64 cm 63 cm 63.5
8 56 cm 44 cm 50
9 65 cm 59 cm 62



Hari / tanggal : rabu / 24 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 102 cm
2 83 cm
3 65 cm
4 98,5 cm
5 97 cm
6 91,6 cm
7 95 cm
8 114 cm
9 113,3 cm


PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 111,5 cm 107 cm 109.25
2 94,6 cm 93 cm 93.8
3 83 cm 96,7 cm 89.85
4 98,5 cm 94 cm 94
5 82 cm 93 cm 87.5
6 92 cm 113,5 cm 102.75
7 98,5 cm 98,5 cm 98.5
8 93 cm 69 cm 81
9 96 cm 89 cm 92.5



Hari / tanggal : rabu / 8 desember 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 189 cm
2 158 cm
3 175,5 cm
4 185,5 cm
5 189 cm
6 175,1 cm
7 183 cm
8 190 cm
9 185 cm


PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 156 cm 172,5 cm 164.25
2 150 cm 152 cm 151
3 146 cm 159 cm 152.5
4 163 cm 144,5 cm 153.75
5 145 cm 161 cm 153
6 162 cm 180 cm 171
7 166 cm 163,7 cm 164.85
8 158 cm 128 cm 143
9 159 cm 157 cm 158




4.2.Pengukuran lebar daun tanaman
Hari / tanggal : rabu / 24 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,5 cm
2 5,2 cm
3 5,6 cm
4 6,7 cm
5 5,5 cm
6 5,3 cm
7 6 cm
8 5,6 cm
9 6,2 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,8 cm 5,9 cm 5.85
2 5,4 cm 5,5 cm 5.5
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,7 cm 5 cm 4.85
6 5,4 cm 5,7 cm 5.55
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,2 cm 5,1 cm 4.65
9 6,9 cm 4,9 cm 5.9



Hari / tanggal : rabu / 1 desember 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,9 cm
2 5,3 cm
3 5,7 cm
4 6,8 cm
5 5,5 cm
6 5,4 cm
7 6 cm
8 5,7 cm
9 6,3 cm


PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,9 cm 5.75
2 5,4 cm 5,5 cm 5.45
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,8 cm 5,5 cm 5.15
6 5,8 cm 5,9 cm 5.85
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,3 cm 5,6 cm 4.95
9 6,9 cm 5,3 cm 6.1



Hari / tanggal : rabu / 8 desember 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,5 cm
2 5,3 cm
3 5,5 cm
4 6,8 cm
5 5,5 cm
6 5,3 cm
7 5.9 cm
8 5,6 cm
9 6,2 cm


PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,7 cm 5.65
2 5,3 cm 5,3 cm 5.3
3 5,5 cm 5,5 cm 5.5
4 5,5 cm 5,5 cm 5.5
5 4,5 cm 4,7 cm 5.1
6 5,7 cm 5,4cm 5.55
7 5,4 cm 5,5 cm 5.45
8 5,5 cm 4,4 cm 4.95
9 5,1 cm 6,8 cm 5.95



4.2.PEMBAHASAN
Dari pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dibedakan dua fase yaitu: fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai dari fase kecambah dilanjutkan denagn fase vegetatif,akar batang daun yang cepat pada akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi lambat sehingga dinamai fase generatif,dalam fase vegatatif ini tanaman jagung membutuhkan banyak air. Fase generatif dinamai dengan pembentukan primordia. Proses pembungaan yang mencakup pristiwa penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman jagung biasannya di bantu dengan angin, yaitu dengan cara menebarkan tepung sari kemudian menjatuhkan pada tangkai. Letak bunga jantan dan bunga betina tidak berada di satu tempat,bunga jantan pada ujung batang yang sedang berbunga, sedangkan bunga betina berada dipertengahan batang atau tongkol.
Variabel yang di amati
1.Tinggi tanaman
Perlakuan dalam pemberian jumlah bibit yang berbeda per lubang tanam pada praktikum ini, menyebabkan terjadinnya perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada tanaman jagung petak pertama yang berisi satu tanaman perlubang dan petak kedua yang berisi duas tanaman per lubang. Tanaman jagung pada petak pertama tumbuh lebih tinggi dan subur dibandingkan dengan tanaman jagung pada petak kedua, itu terjadi karena pada petakan kedua terjadi persaingan dalam memenuhi kebutuhan akan unsur hara, air, cahaya, dan unsur hara lainnya.
Tanaman cendrung lebih tinggi pada petakan pertama karena persingan yang terjadi tidak bagitu besar,namun ada juga tanaman pada petak kedua yang lebih subur dibanding dengan tanman pada petak pertama. Ini terjadi karena faktor –faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung seperti ketidakrataan dalam pemberian pupuk, ataupun kandungan unsurhara yang berbeda. Karena setiap jengkal tanah memiliki kandungan unsur hara yang berbeda. Pada tabel terlihat bahwa tanaman sampel ke 8 pada petakan pertama,tumbuh lebih subur dengan tinggi 190 cm dan pada petakan kedua tanaman tumbuh lebih kecil dari yang lain dengan tinggi 150,5 cm. Pengukuran tinggi pada variabel ini, diakhiri saat tanaman jagung sudah 75 % tumbuh malai,dan pada saat itu pula pertumbuhan vegetatif pada tanaman jagung berakhir.

2. lebar daun ke 6
Daun ke 6 adalah daun yang tumbuh pada lamina batang jagung ke 6, di hitung dari daun yang paling pertama kali keluar saat berkecambah. Daun ke 6 merupakan indikator kesuburan tanman dan pada daun ini bentuk daunnya sudah sempurna, pengamatan pada daun ke 6 ini, dimulai pada minggu ketiga setelah tanam. Dari pengamatan, terlihat bahwa daun ke 6 pada petakan pertama memiliki lebar daun lebih besar daripada petakan kedua. Terbukti bahwa perlakuan jumlah bibit per kubang tanam mempengaruhi lebar daun ke 6.
Persaingan yang terjadi antara dua tanaman yang berada dalam satu lubang memepengaruhi kemampuan akar dalam penyerapan unsur hara, sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman menjadi sedikit karena terbagi dua. Selain itu, kemampuan tanaman untuk menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesis jadi ikut berkurang karena terjadi persaingan pada daun.ketika daun daun ke 6 sudah menguning, dan mulai layu, ini menandakan bahwa fase vegetatif telah berakhir dan dimulainnya fase generatif.
3.tumbuhnya malai
Tumbuhnya malai pada ujung tanaman jagung merupakan indikator dimulainya fase generatif,mulsi bungs jantan yang tumbuh pada ujung tanaman jagung. Bunga jantan ini yang kemudian akan jatuh pada tangkai sari tongkol jagung dan proses pembentukan biji akan berlangsung.
Pertumbuhan malai tidak seragam, hal ini disebabkan ole tingkat kesuburan yang berbeda. Jika tanaman subur maka malai akan tumbuh lebih cepat tepat poada waktunya, tetapi malai akan tetap tumbuh walau tanaman tidak subur. Pupuk P mempengaruhi fase generatif tanaman. Seperti pertumbuhan malai dan tongkol jagung pada pelepah daun. Jika tanaman kekurangan unsur P, maka pertumbuhannya terutama fase generatif akan terhambat,sehingga tonkol jagung akan muncul dengan ukuran yang lebih kecil.





BAB V.KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Jagung yang di tanam sebanyak 2 perlubang menghasilkan lebih baik dalam pertumbuhan maupun hasil.dan juga bahwa tanaman itu juga dapat tumbuh normal apabila tiap tanaman itu mendapat perlakuan yang sama dari segi pemupukan penyiraman dan lain - lain
5.2 Saran
Dalam laporan praktikum ini disarankan bahwa agar lebih lanjut dilakukan penelitian yang dalam , dan laporan ini sebagai bahan dalam pembudidayaan jagung selanjtnya .














LAMPIRAN

1.Deskripsi tanaman jagung
Asal : hasil persilangan TC x 1 Early DMR(S) C2 Introduksi
dari Thailand.
Golongan : bersari bebas
Daun : panjang dan lebar
Warna daun : hijau tua
Batang : tinggi sedang (medium) dan tegap.
Umur 50% keluar rambut : kurang lebih 55 hari
Tongkol : cukup besar dan silendris
Kedudukan tongkol : di tengah batang
Kulit tongkol : tidak semua tongkol tertutup dengan baik
Biji : mutiara(flint)
Warna biji : kuning kadang-kadang terdapat 2-3 biji berwana putih
pada satu tongkol.
Baris biji : lurus dan rapat
Jumlah biji pertongkol : umurnya 12-13 baris
Bobot 1000 baris : lebih kurang 272 gr
Daya hasil : 5-6 ton.ha-1 pipilan kering
Umur panen : 85-90 hari
Kerebahan : cukup tahan
Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan,terhadap bulai (sclerospora maydis), karat dan bercak daun.
Keterangan : baik untuk dataran rendah.


2.petakan tanaman jagung
Petak 1
40 cm


60 cm

Nomor tanaman sample







utara

Timur barat
selatan






Petak 2

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT LALAT PENGGOROK DAUN Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TAN


FACEBOOK SAYA :
KLIK DISINI 


METODE ILMIAH
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT LALAT PENGGOROK DAUN
Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI







NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112


AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010




I.PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi.

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali,Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill

Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) ditemukan menginfestasi tanaman kedelai pada tahun 2007. Larva lalat pengorok daun merusak daun kedelai dengan membuat liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun dan berpotensi menurunkan hasil hingga 20%. Selain pada kedelai, gejala serangan yang sama juga ditemukan pada kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, komak, kacang adzuki, buncis, dan 42 jenis tanaman lainnya termasuk gulma. Empat spesies lalat pengorok daun yang diketahui menginfestasi tanaman kedelai adalah L. sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae. Pengendalian kimia dapat menimbulkan masalah karena lalat memiliki kemampuan genetik yang tinggi untuk menjadi tahan terhadap insektisida kimia.Pada habitat aslinya (subtropis), Liriomyza sp. tergolong serangga berstrategi-r, yaitu memiliki kemampuan reproduksi tinggi, cepat mengkoloni habitat, dan kisaran inangnya luas. Habitat tropis dengan ketersediaan tanaman inang sepanjang tahun dan penggunaan insektisida kimia yang kurang bijaksana memungkinkan lalat pengorok daun menjadi hama penting pada kedelai. Pada habitat alaminya, populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh parasitoid dan predator, salah satunya adalah parasitoid Hemiptarsenus varicornis. Oleh karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh alami daripada insektisida kimia. Makalah ini menelaah gejala dan akibat serangan lalat pengorok daun, spesies dan biologi, tanaman inang, musuh alami, pemantauan, dan rekomendasi pengendaliannya.

Gejala berupa liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun, belakangan ini banyak ditemukan pada daun tanaman kedelai di Indonesia. Jumlah alur korokan pada satu daun kedelai bervariasi, bergantung pada jumlah larva yang menetas. Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi kecoklatan dan di dalamnya larva berkembang. Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan lalat pengorok daun, Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae).

Hingga tahun 2007, Liriomyza sp.belum dinyatakan sebagai hama pada tanaman kedelai di Indonesia (Tengkano dan Soehardjan 1985; Marwoto dan Hardiningsih 2007; Baliadi et al. 2008),walaupun pada tahun 2005 gejala serangannya pada tanaman kedelai telah ditemukan di Sumatera Selatan (Tengkano et al. 2006), Jawa Timur, Jawa Barat, Bali,dan Lombok (Tengkano et al. 2006;Tengkano 2007). Empat spesies lalat pengorok daun yang menginfestasi tanaman kedelai di Asia Tenggara adalah L. sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae (Tokumaru dan Abe 2006). Hofsvang et al. (2005) menyatakan bahwa L. sativae adalah spesies yang invasive pada tanaman kedelai di Asia Tenggara.Tanaman kedelai yang terserang pada stadia awal rentan terhadap penyakit tular tanah yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani. Serangan berat dapat menyebabkan daun kedelai gugur lebih dini (Baliadi 2009). Laju fotosintesis daun yang terserang Liriomyza sp. menjadi rendah (Trumble et al. 1985) dan liang korokan berfungsi sebagai prekursor serangan patogen cendawan (Price dan Harbaugh 1981) dan virus (Zitter dan Tsai 1977). Oleh karena itu, Liriomyza sp. berpotensi menjadi hama penting pada tanaman kedelai. Saat ini, informasi mengenai dampak serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai di Indonesia sangat terbatas. Kurangnya penelitian tentang lalat pengorok daun pada tanaman kedelai menyebabkan belum diketahuinya tingkat kerusakan serangan hama ini dan pengaruhnya terhadap hasil panen.

Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur

Imago lalat pengorok daun menusukkan opivositornya pada daun-daun muda,walaupun gejala juga muncul pada daun - daun yang muncul berikutnya (Baliadi2009). Reed et al. (1989) menyatakan, serangan imago L. cicerina pada kacang arab (Cicer arietinum) menimbulkan gejala bintik-bintik pada daun.

Gejala serangan larva lalat pengorok daun menyebar pada semua bagian tajuk tanaman kedelai, baik tajuk atas, tengah, maupun bawah. Namun, gejala serangan lebih banyak dijumpai pada daun/tajuk bagian bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi kerapatan larva pada tanaman (Baliadi 2009). Purnomo et al. (2003) mengemukakan bahwa larva lebih banyak dijumpai pada tajuk bagian bawah tanaman kacang endul.

Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza sp. pada tanaman dibedakan menjadi dua, yakni kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung disebabkan oleh perilaku makan larva. Aktivitas larva dapat menurunkan kapasitas fotosintesis tanaman (Trumble et al. 1985). Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan palisade daun saat larva membuat liang korokan serpentin. Serangan berat mengakibatkan desikasi dan pengguguran daun lebih dini. Kehilangan hasil akibat korokan pada kedelai berkisar antara 15− 20% (Baliadi 2009). Kerusakan tidak langsung terjadi karena tusukan-tusukan pada permukaan daun menyebabkan tanaman kedelai rentan terhadap serangan patogen tular tanah. Hal serupa terjadi pada tanaman kacang hijau (Baliadi 2009). Price dan Harbaugh (1981) melaporkan bahwa serangan Pseudomonas cichorii meningkat pada tanaman krisan yang terserang L. trifolii. Sementara itu Zitter dan Tsai (1977) menyatakan virus mosaic kedelai juga dapat ditularkan oleh Liriomyza.Data tentang tingkat kerusakan pada tanaman kedelai diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengendalian. Penentuan nilai ambang ekonomi atau ambang merusak cukup sulit karena hubungan antara kerapatan populasi lalat dan kerusakan daun dengan penurunan hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu musim, cara budi daya, dan kerentanan tanaman inang. Ambang merusak L. bryoniae pada tanaman tomat adalah 15 liang korokan per daun (Ledieu dan Heyler 1982). Jumlah liang korokan 30 dan 60 buah/daun dapat menurunkan hasil tomat masing-masing 10% dan 20%.


1.2.Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman cabai merah ( C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan terhadap serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

1.3.Kegunaan penelitian
Penelitian dapat digunakan sebagai bahan infornasi perlindungan bagi pihak – pihak yang membutuhkan dalam melakukan pegendalian pathogen khususnya lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
Dan salah satu syarat dalam pemberian nilai pada mata kuliah metode penulisan ilmiah.
1.4.Hipotesis
Adanya perbedaan respon tanaman cabai merah (C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan akibat serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

II.METODE PENELITIAN

2.1.tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman dan Rumah Kaca fakultas Pertanian Universitas Jambi selama . . . . .sampai . . . 2009

2.2.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Liriomyza sp.yang diambil dari lapangan,pupuk kandang ,pasir dan tanah ,kain kasa,gelas aqua ukuran 220 ml ,benih kacang kedelai varietas local.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran 5 kg,stoples, timbangan, kuas kecil , kelambu,meteran dan ayakan tanah.

2.3.rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ),yang terdiri atas 4 perlakuan yaitu :
A0 : Tanaman control
A1 :tanaman kedelai di infes dengan lalat pengorok pada umur 10 hari setelah semai.
A2 :Tanamn kedelai diinfes dengan lalat pengorok sebanyak 5 ekor pada umur 10 hari setelah
Tanam
A3 :Tanamn kedelai diinfes dengan lalat pengorok sebanyak 5 ekor pada umur 10 hari setelah
Muncul pembungaan pertama.
Masing – masing perlakuan sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan.

2.4. Pelaksanaan penelitian
2.4.1.pengadaan lalat penggorok
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) didapat dari pertanaman tanaman kedelai di d
aerah jaluko . kemudian di simpan dalam toples selama 2 minggu dan pakan nya diganti setiap hari .

2.4.2,Penyemaian benih kedelai
Benih disemai pada gelas aqua ukuran 220 ml ,yang berisi tanah,pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1 dalam satu gelas tersebut di tanam 3 benih sampai 10 hari setelah semai.

3.4.3 persiapan media tanam
Media tanam terdiri dari tanah , pasir, dan pupuk kandangdengan perbandingan 2:1:1.setelah itu dimasukkan kedalam polybag ,masing – masing polybag diisi dengan 5 kg media.

3.4.3 penanaman tanamn kedelai
Setelah bibit berumur 14 hari,dan bibit – bibit dipindahkan ke polibag yang sudah diisi dengan media tanam,masing – masing dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh.




3.4.5 pelepasan Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) pada tanaman kedelai
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) di infeksikan pada tanaman kedelai sesuai dengan perlakuan ,dimana pelepasan lalat penggorok dilakukan saat tanaman berumur 10 hari pembibitan,10 hari pembibitan setelah tanam dan 10 hari pembibitan setelah muncul bunga pertama kemudian diamati sampai produksi pertama.

3.4.6. uji hayati
Uji hayati dilakukan untuk memastikan ada tidaknya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Uji ini dilakukan dengan cara menginfeksi lalat penggorok daun yang diambil dari perlakuan .


3.5. pengamatan
3.5.1. intensitas serangan
Pengamatan tingkat serangan dilakukan setelah timbulnya gejala pertama pada tanaman. Pengamatan dengan interval waktu 2 hari sampai produksi pertam .menrut Feronika (2001). Intensitas serangan dihitung berdasarkan skala penyakit yang telah dimodifikasi sebagai berikut :
0: tidak ada gejala serangan
1: <25% daun yang memperlihatkan gejala

2:25%3:semua daun yang memperlihatkan gejala .

Berdasarkan intensitas penyakit dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IP = (∑_█(@0-3)▒〖ni.ki〗)/(N.Z) X100%


Keterangan :
Ip adalah intensitas penyakit
Ki adalah tanaman yang terserang penyakit dengan skala n ( n =0,1,2,3)
N adalah jumlah tanaman yang ditanam polibag 
Z adalah skala penyakit tertinggi.


3.5.2. Persentase tanaman yang terserang 
Persentase tanaman yang terserang dihitung setelah produksi pertama dengan menhitung jumlah tanaman yang terserang dibagi dengan jumlah tanaman kesulurahan dikali 100% atau

P = Q/R X 100 %

keterangan : P adalah persentase tanaman yang terserang 
Q adalah jumlah tanaman yang terserang 
R adalah jumlah tanaman keselruhan

3.5.3.Tinggi tanaman
Batang tanaman kedelai diukur dari pangkal batang sampai ujung tertinggi dari tanaman.Dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari tanaman 10 hari pembibitan setelah perlakuan samapi berproduksi pertama.




3.5.5.Analisa data 
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, maka data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistic dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan new Multiple Range Test ( DnMRT ) Pada taraf 5%



















LAMPIRAN
Peta petak tanah


















A 0 1 pengulangan


Perlakuan perbandingan




DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Litbang Pertanian, 11 januari 2010 LALAT PENGOROK DAUN, Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE), HAMA BARU PADA TANAMANKEDELAI DI INDONESIA,Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi Tengkano

Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 92 hal. 


Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S. Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor. 

Samsudin, H. 2008. Sebaran Hemiptarsus,varicornis (Girault) (Hymenopetra: Eulo-pidae) parasitoid larva Liriomyza spp.Lembaga Pertanian Sehat. http://www.pertaniansehat.or.id [2 April 2009].