Selasa, 27 Desember 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN “TANAMAN PADI ( ORYZA SATIVA) ”



FACEBOOK SAYA :
KLIK DISINI 


LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
“TANAMAN PADI ( ORYZA SATIVA) ”







Disusun Oleh

NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM      : D1A009112





AGROEKOTEKNOLOGI ( C/3 )
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dibuatnya Laporan ini sebagai salah satu tugas mata kuliah budidaya tanaman pangan. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada staf dosen mata kuliah Budidaya Tanaman Pangan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membimbing baik pada saat kuliah maupun pada saat praktikum serta memberikan kesempatan kepada penulis ntuk menyusun Laporan ini, dan juga penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu,  penulis mengharapkan saran dan kritik agar dapat lebih baik kedepannya.



                                                                                   














BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari cara budidaya yang baik,mengetahui tentang padi dan melatih kami dalam bertani tanaman padi gogo.

LATAR BELAKANG
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Dengan klasifikasi ilmiah :
Kerajaan         : Plantae
Divisi               : Angiospermae
Ordo               : Poales
Famili              : Poaceae
Genus              : Oryza
Spesies            : O. sativa
  
Gambar tanaman Padi


Ciri-ciri umum
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae).Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
SEJARAH TANAMAN PADI
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
PENYEBARAN DAN ADAPTASI
Asal -usu padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse . Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika. Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.
SYARAT TUMBUH
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata – rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 – 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 – 1500 m dpl.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
GENETIKA DAN PERBAIKAN VARIETAS
Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp) (Sumber: situs Gramene.org). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi (lihat bagian Keanekaragaman padi).
Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi ‘IR5′ dan ‘IR8′ (di Indonesia diadaptasi menjadi ‘PB5′ dan ‘PB8′). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit “padi emas” (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[1]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).



Dasar Teori

Produksi padi selalu diidentikkan dengan pengusahaan di lahan sawah. Padahal padi dapat dibudidayakan di lahan lain, misalnya lahan kering. Penanaman padi di lahan kering sering dikenal sebagai padi gogo. Di lahan kering ini dapat menyumbang produksi padi yang patut diperhitungkan.
Padi gogo merupakan salah saturagam budidaya padi, yaitu penanaman padi di lahan kering. Selain padi gogo, masih ada ragam budidaya padi yang lain, yaitu padi sawah, padi rawa atau padi pasang surut dan padi tadah hujan. Komposisi masing-masing ragam budidaya tersebut adalah padi sawah 63%, padi gogo 14%, padi rawa 3%, dan padi tadah hujan 20%.
Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Setelah penanaman padi gogo biasanya terus dilanjutkan dengan palawija atau jenis kacang-kacangan.
Cukup banyak varietas padi gogo yang telah dikenal petani. Dengan memahami deskripsi berbagai varietas padi gogo akan memudahkan petani untuk memilih varietas yang sesuai.
a.       mengenal varietas padi gogo
pada tahun 1961 dikenal varietas padi seratus malam yang berasal dari Lampung. Selanjutnya pada tahun 1963 dilepas varietas padi gogo kartuna yang merupakan introduksi dari negara tetangga, Filipina. Berdasarkan umurnya dikenal padi gogo berumur genjah, sedang dan dalam. Padi gogo genjah merupakan jenis padi gogo yang umurnya < 110 hari. Padi gogo umur sedang berusia antara 110-124 hari. Padi gogo umur dalam memiliki usia > 125 hari. Varietas seratus malam termasuk padi gogo umur sedang (120 hari) sedangkan varietas kartuna termasuk padi gogo berumur genjah (105 hari). Selain itu, dikenal pula beberapa varietas padi gogo yang sudah dilepas sejak tahun 1976, seperti varietas gata, gati, PB36, tondano, sentani, singkarak,arias, ranau, maninjau, danau bawah, dodokan, jangkok, danau atas, batur, poso, laut tawar, cenranae dan danau tempe. Selanjutnya pada tahun 1994 telah dilepas pula 4 varietas padi gogo baru, yaitu way rarem, gajah mungkur, klimutu, dan jati luhur. Ke empat varietas terakhir ini memiliki keunggulan tersendiri. Varietas gajah mungkur dan klimutu merupakan galur padi gogo introduksi dari Kenya, sehingga dikenal sebagai padi gogo Kenya. Kemudian pada tahun 1996 dilepas varietas Cirata dan pada tahun 1999 juga telah dilepas dua varietas yaitu Towuti dan Limboto.
b.      Pemilihan Varietas
Penggunaan varietas padi gogo disarankan yang adaktif dengan lokasi setempat (spesifik lokasi). Dengan demikian untuk tempat yang berbeda, varietas yang digunakan pun berbeda.
c.       Siklus Hidup Padi Gogo
Seperti halnya tanaman pangan lain, padi gogo memiliki tahapan dalam pertumbuhannya. Tahap-tahap pertumbuhan tersebut terdiri dari tahap vegetatif, reproduktif, dam pematangan. Lama tahap vegetatif berbeda pada setiap varietas. Sementara tahap reproduktif dan pematangan relatif konstan untuk kebanyakan varietas. Padi gogo berumur 100 hari biasanya memiliki tahap vegetatif kira-kira 40 hari dan tahap reproduktif serta pemasakan kurang lebih 60 hari. Padi gogo yang berumur 120 hari umumnya memiliki tahap vegetatif kira-kira 55 hari dan tahap reproduktif serta pemasakan kira-kira 65 hari.








BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1. Kegiatan Praktikum
Tanggal 6 Maret 2007
- Alat dan Bahan
  a. cangkul
  b. garpu tanah
- Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan secara intensif dengan menggunakan cangkul yang terdiri atas beberapa kali pembajakan (yaitu membalik-balikan tanah dan membuang gulma yang tumbuh pada lahan tersebut) dan mengaru (meratakan tanah). Dibuat petak yang teratur dan dibatasi dengan parit yang lebarnya 25 cm dan dengan kedalaman 20 cm.

Tanggal 13 Maret 2007
- Alat dan Bahan
   a. cangkul
   b. garpu tanah
- Pengolahan Tanah
Pada praktikum ini masih melakukan pengolahan tanah seperti praktikum sebelumnya.dan dengan metode yang sama.

Tanggal 20 Maret 2007
- Alat dan Bahan
  a. cangkul
  b. tali rapia
  c. kayu untuk melubangi tanah (untuk membuat lubang tanam) dan untuk
      melarik (untuk laan bayam)
  d. benih padi gogo dan bayam
  e. pupuk majemuk (N,P dan K)
  f. Insektisida

-  Ploting
Pengukuran petak yang panjangnya 5 m dan dan lebarnya 4 m dengan    menggunakan tali plastik. Serta membuat/mengatur tata letak tanaman tumpangsari padi gogo dan bayam (jarak tanamnya).
Tata letak tanaman  seperti gambar berikut :



Jarak antar barisan padi gogo : 100 cm
Jarak dalam barisan padi gogo : 20 cm
Jarak antara padi gogo dan bayam : 35 cm
Jarak bayam dengan bayam : 30 cm
Border/tanamn pinggir padi gogo : ½ jarak tanam.

-          Menanam dan Memupuk Padi Gogo
Pertama, membuat lubang kira-kira sedalam 5 cm untuk menanam benih disampingnya dengan jarak kira-kira 10 cm membuat lubang lagi untuk meletakkan pupuk kedalamannya lebih dalam daripada lubang benih kira-kira 10 cm. Pembuatan lubang ini dilakukan dengan cara ditugal. Lubang-lubang tersebut dibuat sepanjang 3 baris pada petak.
Kedua, pada lubang tanam masukkan insektsida seperlunya lalu tutup dengan tanah sedikit, masukkan benih padi gogo sebanyak 5 biji setelah itu tutup kembali lubang tersebut dengan tanah. 
Ketiga, pada lubang disampingnya masukkan pupuk majemuk seperlunya, tidak sedikit dan juga tidak terlalu banyak, lalu tutu kembali lubang tersebut dengan tanah.
Seperti dideskripsika oleh gambar berikut :







-          Menanam dan Memupuk Bayam
Pertama, membuat dua larik diantara tanaman padi gogo, jaraknya 35 cm dari lubang padi gogo dan antar larik dengan jarak 30 cm.
Kedua, pada setiap lari ditebarkan benih bayam, lalu tutupi benih ersebut dengan tanah.
Ketiga, membuat larik di sebelah kiri larik untuk benih bayam tadi yaitu untuk meletakan pupuk majemuk, pupuk ditebarkan lalu tutupi dengan tanah.

Tanggal 27 Maret 2007
-          Alat dan Bahan
a.       benih
b.      garpu kecil
c.       alat penyiram
-          Pemeliharaan
a.       penyiangan gulma dan penggemburan tanah
penyiangan gulma dilakukan tanpa menggunakan alat yaitu dengan tangan sedangkan penggembutan tanah menggunakan garpu tanah yang ukurannya kecil.
Kegiatan penyiangan gulma meliputi mencaut rumput dan tanaman pengganggu lainnya agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman padi gogo dan bayam.
b.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila benih tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan satu minggu  dan dua minggu setelah tanam.
Pada praktikm kali ini, tanaman padi gogo yang kami tanam ada yang tidak tumbuh yaitu sebanyak 4 lubang tanam. Sehingga kami menanam beih kembali pada ke 4 lubang tersebut.
c.       Penyiraman
Penyiraman dilakukan karena kondisi tanah dalam keadaan kering atau tidak lembab. Karena kondisi lahan kami tidak lembab maka kami melakukan penyiraman secara merata pada lahan kami.
d.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menaikkan permukaa tanah pada batang tanaman, supaya tanaman tegak kokoh dan akar tanaman tertutupi.
e.       pengendalian hama dan penyakit
dilakukan apabila tingkat serangan > 5 %, dilakukan penyemprotan dengan pestisida. Apabila < 5 % tingkat serangannya, maka dilakukan pengendalian secara manual.

-          Pengamatan Padi Gogo
Melihat dan menghitung pertumbuhan padi gogo.
-          Pengamatan Bayam
Melihat dan menghitung pertumbuhan bayam.



3 April 2007
-     Alat dan Bahan
      a. garpu kecil
      b. cangkul
      c. alat penyiram
-    Membersihkan Gulma
      Tujuannya yaitu untuk menghilangkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penggemburan Tanah
Hal ini dilakukan agar infiltrasi, aerasi dalam tanah baik dan membalikkan tanah dari atas ke bawah atau sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penyulaman Tanaman
Kegiatan ini dilakukan apabila terdapat benih yang tidak tumbuh. Dengan mengganti benih yang lama dengan benih yang baru. Serta penambahan pupuk dan insektisida.
-          Penyiraman
Dilakukan setiap kali praktikum, hal ini dilakukan karena kondisi tanah yang kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak mati.
-          Perkembangan Tanaman (Penghitungan Jumlah tanaman, mengukur tinggi daun serta menghitung jumlah daun).

10 April 2007
-     Alat dan Bahan
      a. garpu kecil
      b. cangkul
      c. alat penyiram
 -    Membersihkan Gulma
      Tujuannya yaitu untuk menghilangkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penggemburan Tanah
Hal ini dilakukan agar infiltrasi, aerasi dalam tanah baik dan membalikkan tanah dari atas ke bawah atau sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penyulaman Tanaman
Kegiatan ini dilakukan apabila terdapat benih yang tidak tumbuh. Dengan mengganti benih yang lama dengan benih yang baru. Serta penambahan pupuk dan insektisida.
-          Penyiraman
Dilakukan setiap kali praktikum, hal ini dilakukan karena kondisi tanah yang kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak mati.
-          Perkembangan Tanaman (Penghitungan Jumlah tanaman, mengukur tinggi daun serta menghitung jumlah daun).

17 April 2007
-     Alat dan Bahan
      a. garpu kecil
      b. cangkul
      c. alat penyiram
      d. pupuk Majemuk
      e. alat tugal (kayu)
-     Membersihkan Gulma
      Tujuannya yaitu untuk menghilangkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penggemburan Tanah
Hal ini dilakukan agar infiltrasi, aerasi dalam tanah baik dan membalikkan tanah dari atas ke bawah atau sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penyiraman
Dilakukan setiap kali praktikum, hal ini dilakukan karena kondisi tanah yang kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak mati.
-          Perkembangan Tanaman (Penghitungan Jumlah tanaman, mengukur tinggi daun serta menghitung jumlah daun).
-          Pembumbunan Tanah
Hal ini dilakukan untuk membentuk gundukan-gundukan tanah disekitar tanaman, agar tanaman tegak kokoh, akar tanaman tertutupi dan menaikkan permukaan tanah pada batang.
-          Pemupukan
Pemupukan kembali dilakukan, karena tanaman sudah mengalami gejala kekurangan unsur-unsur N, P, K seperti daun berubah warnanya menjadi kuning. Hal ini dilakukan pada jarak 10 cm dari tanaman (padi dan bayam). Pupuk yang kami berikan yakni pupuk majemuk (N, P, K).

24 April 2007
-     Alat dan Bahan
      a. garpu kecil
      b. cangkul
      c. alat penyiram
-     Membersihkan Gulma
      Tujuannya yaitu untuk menghilangkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penggemburan Tanah
Hal ini dilakukan agar infiltrasi, aerasi dalam tanah baik dan membalikkan tanah dari atas ke bawah atau sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penyiraman
Dilakukan setiap kali praktikum, hal ini dilakukan karena kondisi tanah yang kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak mati.
-          Perkembangan Tanaman (Penghitungan Jumlah tanaman, mengukur tinggi daun serta menghitung jumlah daun).


-          Pembumbunan Tanah
Hal ini dilakukan untuk membentuk gundukan-gundukan tanah disekitar tanaman, agar tanaman tegak kokoh, akar tanaman tertutupi dan menaikkan permukaan tanah pada batang.
-          Panen Bayam
Setelah 12 minggu kami menanam bayam.

1 Mei 2007
-     Alat dan Bahan
      a. garpu kecil
      b. cangkul
      c. alat penyiram
-     Membersihkan Gulma
      Tujuannya yaitu untuk menghilangkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penggemburan Tanah
Hal ini dilakukan agar infiltrasi, aerasi dalam tanah baik dan membalikkan tanah dari atas ke bawah atau sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan setiap kali praktikum.
-          Penyiraman
Dilakukan setiap kali praktikum, hal ini dilakukan karena kondisi tanah yang kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak mati.
-          Perkembangan Tanaman (Penghitungan Jumlah tanaman, mengukur tinggi daun serta menghitung jumlah daun).
-          Pembumbunan Tanah
Hal ini dilakukan untuk membentuk gundukan-gundukan tanah disekitar tanaman, agar tanaman tegak kokoh, akar tanaman tertutupi dan menaikkan permukaan tanah pada batang.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.      Padi Gogo
Hasil padi gogo yang tumbuh selama 2 minggu yaitu 64 buah, padi gogo yang tidak tumbuh yaitu 1 buah.
Padi gogo yang tumbuh :
Larik 1 : 16 buah
Larik 2 : 16 buah
Larik 3 : 16 buah
Larik 4 : 17 buah
              65 buah
Maka, diperoleh persentase padi gogo yang tumbuh yaitu :
Jumlah padi gogo yang tumbuh  X  100%
Jumlah lubang
      = 64 X 100% = 98,46%
         65
Hasil padi gogo yang tumbuh selama 4 minggu yaitu 65 buah.
Padi gogo yang tumbuh :
Larik 1 : 16 buah
Larik 2 : 16 buah
Larik 3 : 16 buah
Larik 4 : 17 buah
              65 buah
Maka, diperoleh persentase padi gogo yang tumbuh yaitu :
Jumlah padi gogo yang tumbuh  X  100%
Jumlah lubang
      = 65 X 100% = 100 %
         65
Jadi banyaknya padi yang tumbuh yaitu : 100 % + 98,46 %  = 99,23 %
                                                                              2
Hasil padi gogo yang tumbuh selama 5 minggu yaitu 65 buah.
Padi gogo yang tumbuh :
Larik 1 : 16 buah
Larik 2 : 16 buah
Larik 3 : 16 buah
Larik 4 : 17 buah
              65 buah
Maka, diperoleh persentase padi gogo yang tumbuh yaitu :
Jumlah padi gogo yang tumbuh  X  100%
Jumlah lubang
      = 65 X 100% = 100 %
         65
      Pengamatan perkembangan tanaman dilakukan setelah 4 minggu.
Tabel perkembangan tanaman :
Waktu
Urutan
Sampel
Jumlah
daun
Jumlah
Batang
Tinggi
Tanaman (cm)
Rata-rata
Minggu
Ke-5
Sampel 1
(baris ke 4)
11
4
16
2,75
Sampel 2
(baris ke 3)
13
5
15
2,6




Sampel 3
(baris ke 2)
14
5
16
2,8




Sampel 4
(baris ke 2)
17
5
14
3,4




Sampel 5
(baris ke 1)
12
5
15
2,4




Minggu
Ke-6
Sampel 1
(baris ke 4)
40
12
17
3,3




Sampel 2
(baris ke 3)
18
6
15,5
3




Sampel 3
22
8
16
2,75
(baris ke 2)




Sampel 4
(baris ke 2)
32
12
15
2,67




Sampel 5
(baris ke 1)
20
8
15
2,5




Minggu
Ke-7
Sampel 1
(baris ke 4)
55
16
19
3,43




Sampel 2
(baris ke 3)
22
7
16
3,14




Sampel 3
(baris ke 2)
31
9
20,4
3,44




Sampel 4
(baris ke 2)
39
15
16,5
2,6




Sampel 5
(baris ke 1)
34
9
17
3,78




Minggu
Ke-8
Sampel 1
(baris ke 4)
57
29
36
1,96




Sampel 2
(baris ke 3)
30
9
21
3,33




Sampel 3
(baris ke 2)
47
11
23
4,27




Sampel 4
(baris ke 2)
47
15
26
3,13




Sampel 5
(baris ke 1)
54
21
26
2,57




Minggu
Ke-9
Sampel 1
(baris ke 4)
120
47
37
2,5




Sampel 2
(baris ke 3)
34
11
29
3,0




Sampel 3
(baris ke 2)
30
9
26,7
3,3




Sampel 4
(baris ke 2)
32
10
26,5
3,2




Sampel 5
(baris ke 1)
90
10
31
9




Ket : rata-rata =  jumlah daun
                              batang
B. Pembahasan
Bertanam padi di lahan kering mempunyai banyak hambatan (masalah). Hal ini keterbatasan yang dimiliki lahan. Lahan kering di Indonesia kebanyakan jenis tanah podsolik merah kuning (ultisol) dengan kondisi yang bergelombang, mudah tererosi, miskin unsur hara, tingkat keasaman tinggi, serta bahan organik yang ada mudah sekali turun kadarnya jika lahan tersebut diusahakan. Akibatnya tingkat kesuburan lahan cenderung terus turun dari waktu ke waktu.
Selain keterbatasan di atas, padi gogo yang ditanam sering menunjukkan gejala keracunan besi (Fe) serta Aluminium (Al). Keracunan besi bisa terjadi karena kondisi kombinasi pH rendah dengan kadar Fe yang tinggi. Unsur Fe dan Al biasanya terdapat pada kedalaman 15-20 cm dari permukaan tanah. Dengan pengolahan tanah konvensional  yang umum dilakukan seperti saat ini, unsur-unsur tersebut menjadi muncul ke permukaan tanah. Jika ini terjadi maka tanman padi dapat menampakkan gejala keracunan karena mengakumulasi unsur tersebut dalam jumlah berlebihan.
Selama ini telah berkembang semacam kepercayaan di kalangan pertanian bahwa penyiapan lahan dengan cara mengolah secara intensif adalah cara yang terbaik dalam penyiapan lahan yang mendukung tercapai hasil terbaik. Cara olah tanah intensif ini juga dikenal dengan istilah olah tanah sempurna atau olah tanah secara konvensional. Pada saat ini, lahan dipersiapkan dengan cara pencangkulan sampai dua kali, kemudian dilanjutkan dengan proses penyisiran atau penghalusan. Dengan demikian praktis semua bagian permukaan yanah untuk tempat tumbuh tanaman tak ada yang terlewat dari sentuhan ”olahan” manusia. Namun, belakangan ini diketahui bahwa cara penyiapan lahan secara konvensional seperti itu banyak terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut seperti di bawah ini :
1.      Tanah yang diolah dapat menyebabkan rusaknya lapisan top soil sehingga produktivitasnya cenderung menurun.
2.      sering mengakibatkan tanah mudah sekali tererosi.
3.      banyak menyerap biaya yang sebenarnya bisa dihemat.
4.      membutuhkan waktu lama untuk pengolahan.
Tapi secara keseluruhan tanaman padi gogo yang kami tanam tumbuh dengan baik.
            Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam bertanam padi gogo meliputi penyiapan benih, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan pasca panen.
1.      Penyiapan Benih
Untuk lahan yang kami tanami setiap lubang tanamannya berisi 5 benih dan dalam lahan tersebut terdapat 65 lubang tanam. Benih yang dipilih memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
-          benih benar-benar tua dan kering.
-          Butir halus bernas (tidk kopong).
-          Murni, tidak bercampur dengan jenis lain.
-          Benih bebas dari hama dan penyakit.
Benih yang baik memiliki banyak cadangan bahan makanan serta akan tumbuh lebih cepat dan seragam. Untuk mengetahui daya tumbuh benih perlu dilakukan uji daya tumbuh.

2.      Penyiapan Lahan
Pada penyiapan tanah dengan sistem konvensional ini, kelompok kami melakukan pengolahan terhadap tanah. Pengolahan dilakukan dengan mencangkul tanah tersebut agar porositas dan aerasi tanah menjadi baik.

3.      Penanaman
- cara tanam
            Setelah diolah dan tanah bersih dari gulma, selanjutnya dibuat lubang tanam. Untuk mengukur jarak tanam serta meluruskan barisan dapat digunakan tali yang direntangkan. Jarak tanam padi gogo antar barisnya 100 cm. Sedangkan jarak antar padi gogo dalam barisan 20 cm. Pada penanaman kali ini padi gogo ditumpang sarikan dengan tanaman bayam.
            Lubang tanam dibuat dengan cara tugal yang alatnya dibuat dari batang tanaman yang ujung bawahnya diruncingkan. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan aturan yang diberikan. Kedalaman lubang ini harus sesuai jika terlalu dalam maka akan mengakibatkan lambatnya perkecambahan, seperti yang dialami kelompok kami dengan adanya 1 lubang yang benihnya tidak berkecambah bahkan kegagalan pertumbuhan, sehingga kami hatus melakukan penyulaman. Namun, jika terlalu dangkal maka benih mudah untuk muncul kepermukaan hal ini dapat mengakibatkan benih dimakan oleh burung atau terbawa aliran air (tererosi). Pada praktikum kami memasukkan 5 biji benih ke dalam tiap lubang.

      - Waktu Tanam
            Penentuan waktu tanam yang tepat untuk padi gogo merupakan masalah yang cukup sulit karena datangnya musim hujan berbeda-beda untuk tiap daerah. Umumnya padi gogo ditanam pada awal musim hujan. Pada praktikum ini kami menanam padi di musim penghujan tapi hujan yang turun tidak beraturan sehingga setiap praktikum kami menyiram tanaman kami secara manual karena lahan yang tidak luas.

4.      Pemupukan
-          jenis pupuk dan dosis
jenis pupuk yang digunkan adalah pupuk majemuk dan pupuk daun.
-          Waktu Penupukan
         Pada awal penanaman, pupuk Majemuk diberikan bersamaan dengan penanaman benih. Mekanismenya pertama memasukkan pupuk majemuk ke dalam tiap lubang yang telah dibuat disamping lubang tanam secukupnya lalu tutup dengan tanah lalu pada lubang tanam masukkan setelah itu 5 benih ke dalam lubang tadi lalu tutup lagi dengan tanah tambahkan insektisida secukupnya lalu ditutup kembali dengan tanah.
         Setelah satu bulan dilakukan pemupukan kembali tetapi menggunakan pupuk Majemuk, sama seperti pemberian pupuk pertama yang dosisnya diperkirakan secukupnya.
Lalu setelah beberapa minggu dilakukan penyemprotan dengan menggunkan pupuk daun, setiap rumpunnya disemprot 2 sampai 3 kali.

5.      Penyulaman
            Setelah kira-kira satu minggu benih yang kami tanam berkecambah membentuk akar dan bagian atas tanaman (batang dan daun). Perkecambahan ini dipengaruhi beberapa faktor seperti temperatur, ketersediaan air dan udara. Tetapi ada satu lubang yang benihnya tidak berkecambah. Oleh karena itu benih ini harus disulam. Penyulaman dilakukan dengan cara menugal lubang tanam kembali dan mengisinya dengan benih baru. Penyulaman harus dilakukan sesegera mungkin agar pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dengan tanaman yang telah tumbuh. Jika terlambat, pertumbuhan tanaman tidak akan seragam. Keadaan ini akan menyulitkan dalam pemeliharaan serta mendorong berkembangnya hama atau penyakit.

6.      Penyiangan
            Walaupun pada awal penyiapan lahan, gulma yang tumbuh telah dibersihkan, tetapi gulma masih dapat tumbuh. Hal ini umumnya disebabkan karena mungkin kami pada saat mencangkulnya akar-akar gulma masih tertinggal di lahan, sehingga gulma masih dapat tumbuh kembali. Pada saat pengamatan masih terdapat gulma yang tumbuh sehingga perlu disiangi. Pada praktikum kami gulma tumbuh lebih subur daripada tanaman sehingga setiap minggunya kami harus membersihkan lahan dari gulma karena gulma dapat menghambat pertumbuhan padi gogo. Untuk menanggulangi masalah ini kami mengendalikan gulma dengan cara mekanis yaitu dengan mencabut, mengored dan mencangkul. Kami agak mengalami kesulitan dalam mengendalikan gulma ini karena jika kami mencangkul gulmanya maka dikhawatirkan akan mengganggu tanaman utama sehingga kami melakukannya kurang efisien dan agak lama karena kami harus sangat berhati-hati.

7.      Pengendalian Hama dan Penyakit
            Pada praktikum kami, tanaman kami tidak diserang haman dan penyakit sehingga kami tidak menggunakan obat pembasmi ataupun obat untuk mengatasi penyakit.




























BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran







Tidak ada komentar:

Posting Komentar