Kamis, 21 Juni 2012

Kutu Jeruk (Diap\horina citri Kuw.)



Kutu Jeruk (Diap\horina citri Kuw.)

Gejala
Kutu loncat jeruk menyerang kuncup, tunas, daun-daun muda dan tangkai daun. Serangannya menyebabkan tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat. Pada kasus serangan parah, bagian tanaman terserang biasanya kering secara perlahan kemudian mati. Adanya kutu ini ditandai dengan benda berwarna putih transparan berbentuk spiral, menempel berserak di atas permukaan daun atau tunas. benda itu dikeluarkan oleh kutu loncat. 
Bioekologi
Kutu loncat jeruk selama perkembangannya mempunyai tiga stadia hidup yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa antara 16-18 hari pada kondisi panas, sedang pada kondisi dingin kutu ini mampu bertahan hidup sampai 45 hari. Seekor dewasa betina mampu meletakkan telur sebanyak 500-800 butir selama masa hidupnya. Telur biasanya diletakkan secara tunggal atau berkelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda. Serangga ini tidak mengalami diapause, sehingga dalam satu tahun mampu menghasilkan 9-10 generasi.  Kutu loncat jeruk tertarik pada tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan telur, sehingga pertunasan tanaman merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya. Pola pertunasan pada masing-masing daerah berbeda tergantung dari jumlah curah hujan dan pengairan. Periode pertunasan di Indonesia antara 2-5 kali dalam setahun. Penyebaran kutu loncat di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan.
Pengendalian 
Serangga ini adalah hama dan penyebar (pembawa/vektor) penyakit CVPD. Perannya sebagai penyebar penyakit CVPD lebih penting dibanding sebagai hama. Kutu loncat dewasa muda yang hidup pada awal periode pertunasan sangat mudah menularkan bakteri penyebab CVPD pada tunas-tunas baru. Monitoring atau pengamatan diutamakan pada tunas-tunas muda. Bila terdapat populasi hama ini segera dikendalikan. Pengendalian sebaiknya dilakukan pada pagi hari. 
Ambang kendali kutu loncat yang mengandung bakteri L. asiaticus 1 ekor. Berarti di daerah endemis CVPD, meskipun hanya ada 1 ekor kutu loncat harus sudah dikendalikan.  Pengendalian secara kimiawi yang cukup berhasil untuk mengendalikan hama ini antara lain insektisida dengan bahan aktif Dimethoate,  Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun, Tiametoksam disiramkan melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa pengenceran dan Imidakloprid yang dioleskan (saput) pada batang. Saputan batang diaplikasikan pada ketinggian 10-20 cm di atas bidang sambungan/okulasi dengan lebar saputan kurang lebih sama dengan diameter batang. Pelaksanaan penyaputan batang harus diikuti dengan penyiraman dengan air untuk mempercepat distribusi insektisida ke seluruh jaringan tanaman. 
Pengendalian kutu loncat akan lebih tepat sasaran dan hemat insektisida, bila perilaku serangga pada tanaman dipahami dengan benar. Perkembangan serangga yang mengikuti pola pertunasan sangat dipengaruhi oleh lingkungan setempat dan perlu lebih dipahami berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Cara pengamatan dapat dilakukan melalui pencarian serangga secara langsung pada tunas muda (cara visual) atau dengan menggunakan alat
perangkap kuning (yellow trapp) yang dipasang disekitar kebun jeruk. Untuk 1 ha kebun dipasang 10-14 buah perangkap dengan ketinggian / tajuk tanaman. Pengendalian kutu loncat di wilayah pengembangan tanaman jeruk akan berhasil bila dilakukan secara serentak dan terus menerus oleh setiap anggota kelompok tani.
Gambar Hama Kutu Loncat Jeruk (Diaphorina citri Kuw.)


Coccus viridis Green

Serangga Hama  ini dikenal dengan kutu tempurung hijau atau "soft Green Scale" termasuk ordo Homoptera, Famili Coccidae dan   mempunyai daerah penyebaran di Indo nesia.  Serangga hama ini poliphagous, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk badannya bulat telur, agak cembung dan panjangnya 4 - 5 mm. 
Perkembangan telur sebagian besar berlangsung didalam tubuh  induknya. Lebih kurang 11 jam setelah telur diletakkan, telur menetas. Seekor kutu mampu bertelur 50 - 600 butir. Nimfa yang baru keluar untuk sementara waktu tingggal dibawah perisai induknya. Setelah beberapa lama nimfa itu keluar dan menyebar.
Nymfa mencari bagian tanaman yang banyak mengandung cairan.  Nimfa mengalami 3 kali ganti kulit sebelum menjadi dewasa. Dari 1 induk paling banyak keluar 40 nimfa dengan rata-rata 20 - 25 nimfa. Siklus hidup berkisar 38 - 43 hari kutu tempurung hujai menghasilkan
cairan dan hasil metabolisme yang mengandung gula disebut embun madu. Embun madu sangat disukai semut rangrang (Occophyla  sermaragdina) dan semut gramang (Plagiolepis  longipes). Semut tersebut melindungi kutu daun parasitoid/predator.
Kutu tempurung hijau menyerang bagian tanaman yang muda seperti daun atau  ranting yang masih berwarna hijau. Bunga dan buanl muda diserangnya pula. Akibat tusukan stilet dan pengisapan oleh kutu pada tanaman, warna hijau dari  bagian yang terserang akan be rubah menjadi kuning.  Akibatnya daun mengering dan gugur. Serangan pada ranting muda menyebabkan ranting mati dan daun gugur. Fotosintesa akan terganggu karena butir hijau menjadi kuning.  Kerusakan tidak langsung adalah timbulnya cendawan jelaga (Capnodium sp) pada permukaan tanaman yang terserang kutu. Cendawan  jelaga ini tumbuh pada media embun madu yang dihasilkan oleh kutu tempurung hijau. Tanaman inangnya teh, kina, karet, jarak, cengkeh, mangga, kacap iring dan tanaman lainnya.

Pengendalian kutu tempurung hijau dilakukan dengan
  Konservasi musuh alami seperti cendawan Cephalosporium lecanii Zimm. akan keluar dari tubuh kutu yang sudah mati
  Cendawan  Empusa  lecanii dan  Septobasidium  bogoriense Kutu yang diinfeksi Empusa  lecanii  akan mengalami perubahan warna. Mula-mula putih kemudian abu-abu dan akhirnya menjadi hitam
  Serangga parasitoid seperti Coccophagus bogoriensis, Cheilo neuromajia javensis dan Epitetrashichus ibseni, Eurvishia compusi, Tetrashichus lecanii.
  Serangga Predator Coccinellamelanophthalmus dan Orchua janthinus (Coccinelidae)
  Membersihkan tanaman kopi dari semut rangrang dansemut gramang sebab serangan kutu akan sangat merugikan karena kedua semut itu. 
  Penyemprotan insektisida Formation 350 g/l, Kuinalpos 268 g/l.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar