Kutu
Jeruk (Diap\horina citri Kuw.)
Gejala
Kutu
loncat jeruk menyerang kuncup, tunas, daun-daun muda dan tangkai daun.
Serangannya menyebabkan tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat.
Pada kasus serangan parah, bagian tanaman terserang biasanya kering secara
perlahan kemudian mati. Adanya kutu ini ditandai dengan benda berwarna putih
transparan berbentuk spiral, menempel berserak di atas permukaan daun atau
tunas. benda itu dikeluarkan oleh kutu loncat.
Bioekologi
Kutu
loncat jeruk selama perkembangannya mempunyai tiga stadia hidup yaitu telur,
nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa antara 16-18
hari pada kondisi panas, sedang pada kondisi dingin kutu ini mampu bertahan
hidup sampai 45 hari. Seekor dewasa betina mampu meletakkan telur sebanyak
500-800 butir selama masa hidupnya. Telur biasanya diletakkan secara tunggal
atau berkelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda. Serangga ini tidak mengalami
diapause, sehingga dalam satu tahun mampu menghasilkan 9-10 generasi. Kutu loncat jeruk tertarik pada tunas-tunas
muda sebagai tempat peletakan telur, sehingga pertunasan tanaman merupakan
faktor penting dalam perkembangbiakannya. Pola pertunasan pada masing-masing
daerah berbeda tergantung dari jumlah curah hujan dan pengairan. Periode
pertunasan di Indonesia antara 2-5 kali dalam setahun. Penyebaran kutu loncat
di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan.
Pengendalian
Serangga
ini adalah hama dan penyebar (pembawa/vektor) penyakit CVPD. Perannya sebagai
penyebar penyakit CVPD lebih penting dibanding sebagai hama. Kutu loncat dewasa
muda yang hidup pada awal periode pertunasan sangat mudah menularkan bakteri
penyebab CVPD pada tunas-tunas baru. Monitoring atau pengamatan diutamakan pada
tunas-tunas muda. Bila terdapat populasi hama ini segera dikendalikan.
Pengendalian sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Ambang
kendali kutu loncat yang mengandung bakteri L. asiaticus 1 ekor. Berarti di
daerah endemis CVPD, meskipun hanya ada 1 ekor kutu loncat harus sudah
dikendalikan. Pengendalian secara
kimiawi yang cukup berhasil untuk mengendalikan hama ini antara lain
insektisida dengan bahan aktif Dimethoate,
Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun,
Tiametoksam disiramkan melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa
pengenceran dan Imidakloprid yang dioleskan (saput) pada batang. Saputan batang
diaplikasikan pada ketinggian 10-20 cm di atas bidang sambungan/okulasi dengan
lebar saputan kurang lebih sama dengan diameter batang. Pelaksanaan penyaputan
batang harus diikuti dengan penyiraman dengan air untuk mempercepat distribusi
insektisida ke seluruh jaringan tanaman.
Pengendalian
kutu loncat akan lebih tepat sasaran dan hemat insektisida, bila perilaku
serangga pada tanaman dipahami dengan benar. Perkembangan serangga yang
mengikuti pola pertunasan sangat dipengaruhi oleh lingkungan setempat dan perlu
lebih dipahami berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Cara pengamatan
dapat dilakukan melalui pencarian serangga secara langsung pada tunas muda
(cara visual) atau dengan menggunakan alat
perangkap
kuning (yellow trapp) yang dipasang disekitar kebun jeruk. Untuk 1 ha kebun
dipasang 10-14 buah perangkap dengan ketinggian / tajuk tanaman. Pengendalian
kutu loncat di wilayah pengembangan tanaman jeruk akan berhasil bila dilakukan
secara serentak dan terus menerus oleh setiap anggota kelompok tani.
Gambar Hama Kutu Loncat Jeruk (Diaphorina citri
Kuw.)
Coccus
viridis Green
Serangga
Hama ini dikenal dengan kutu tempurung
hijau atau "soft Green Scale" termasuk ordo Homoptera, Famili
Coccidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indo nesia. Serangga hama
ini poliphagous, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk badannya bulat
telur, agak cembung dan panjangnya 4 - 5 mm.
Perkembangan
telur sebagian besar berlangsung didalam tubuh
induknya. Lebih kurang 11 jam setelah telur diletakkan, telur menetas.
Seekor kutu mampu bertelur 50 - 600 butir. Nimfa yang baru keluar untuk sementara
waktu tingggal dibawah perisai induknya. Setelah beberapa lama nimfa itu keluar
dan menyebar.
Nymfa
mencari bagian tanaman yang banyak mengandung cairan. Nimfa mengalami 3 kali ganti kulit sebelum
menjadi dewasa. Dari 1 induk paling banyak keluar 40 nimfa dengan rata-rata 20
- 25 nimfa. Siklus hidup berkisar 38 - 43 hari kutu tempurung hujai
menghasilkan
cairan
dan hasil metabolisme yang mengandung gula disebut embun madu. Embun madu
sangat disukai semut rangrang (Occophyla
sermaragdina) dan semut gramang (Plagiolepis longipes). Semut tersebut melindungi kutu
daun parasitoid/predator.
Kutu
tempurung hijau menyerang bagian tanaman yang muda seperti daun atau ranting yang masih berwarna hijau. Bunga dan
buanl muda diserangnya pula. Akibat tusukan stilet dan pengisapan oleh kutu pada
tanaman, warna hijau dari bagian yang
terserang akan be rubah menjadi kuning.
Akibatnya daun mengering dan gugur. Serangan pada ranting muda
menyebabkan ranting mati dan daun gugur. Fotosintesa akan terganggu karena
butir hijau menjadi kuning. Kerusakan
tidak langsung adalah timbulnya cendawan jelaga (Capnodium sp) pada permukaan
tanaman yang terserang kutu. Cendawan
jelaga ini tumbuh pada media embun madu yang dihasilkan oleh kutu tempurung
hijau. Tanaman inangnya teh, kina, karet, jarak, cengkeh, mangga, kacap iring
dan tanaman lainnya.
Pengendalian
kutu tempurung hijau dilakukan dengan
Konservasi musuh alami seperti cendawan
Cephalosporium lecanii Zimm. akan keluar dari tubuh kutu yang sudah mati
Cendawan
Empusa lecanii dan Septobasidium
bogoriense Kutu yang diinfeksi Empusa
lecanii akan mengalami perubahan
warna. Mula-mula putih kemudian abu-abu dan akhirnya menjadi hitam
Serangga parasitoid seperti Coccophagus
bogoriensis, Cheilo neuromajia javensis dan Epitetrashichus ibseni, Eurvishia
compusi, Tetrashichus lecanii.
Serangga Predator Coccinellamelanophthalmus
dan Orchua janthinus (Coccinelidae)
Membersihkan tanaman kopi dari semut rangrang
dansemut gramang sebab serangan kutu akan sangat merugikan karena kedua semut
itu.
Penyemprotan insektisida Formation 350 g/l,
Kuinalpos 268 g/l.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar