METODE ILMIAH
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT
LALAT PENGGOROK DAUN
Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI
NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2010
I.PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Kedelai
merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua
lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani,
tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan
harganya tinggi.
Kedelai merupakan
tanaman asli Daratan
Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500
SM. Sejalan dengan
makin berkembangnya
perdagangan antarnegara yang
terjadi pada awal
abad ke-19, menyebabkan tanaman
kedalai juga ikut
tersebar ke berbagai negara tujuan
perdagangan tersebut, yaitu
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia,
dan Amerika. Kedelai
mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali,Nusa Tenggara, dan pulau-pulau
lainnya.
Pada
awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja
dan Soja max.
Namun pada tahun
1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi
tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Lalat
pengorok daun (Liriomyza sp.) ditemukan menginfestasi tanaman kedelai pada
tahun 2007. Larva lalat pengorok daun merusak daun kedelai dengan membuat liang
korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun dan berpotensi
menurunkan hasil hingga 20%. Selain pada kedelai, gejala serangan yang sama
juga ditemukan pada kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, komak, kacang
adzuki, buncis, dan 42 jenis tanaman lainnya termasuk gulma. Empat spesies
lalat pengorok daun yang diketahui menginfestasi tanaman kedelai adalah L. sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae. Pengendalian kimia dapat
menimbulkan masalah karena lalat memiliki kemampuan genetik yang tinggi untuk
menjadi tahan terhadap insektisida kimia.Pada habitat aslinya (subtropis),
Liriomyza sp. tergolong serangga berstrategi-r, yaitu memiliki kemampuan
reproduksi tinggi, cepat mengkoloni habitat, dan kisaran inangnya luas. Habitat
tropis dengan ketersediaan tanaman inang sepanjang tahun dan penggunaan
insektisida kimia yang kurang bijaksana memungkinkan lalat pengorok daun
menjadi hama penting pada kedelai. Pada habitat alaminya, populasi lalat
pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh parasitoid dan predator,
salah satunya adalah parasitoid Hemiptarsenus varicornis. Oleh karena itu,
perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh
alami daripada insektisida kimia. Makalah ini menelaah gejala dan akibat
serangan lalat pengorok daun, spesies dan biologi, tanaman inang, musuh alami,
pemantauan, dan rekomendasi pengendaliannya.
Gejala
berupa liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun,
belakangan ini banyak ditemukan pada daun tanaman kedelai di Indonesia. Jumlah
alur korokan pada satu daun kedelai bervariasi, bergantung pada jumlah larva
yang menetas. Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi
kecoklatan dan di dalamnya larva berkembang. Gejala tersebut merupakan ciri
khas serangan lalat pengorok daun, Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae).
Hingga
tahun 2007, Liriomyza sp.belum dinyatakan sebagai hama pada tanaman kedelai di
Indonesia (Tengkano dan Soehardjan 1985; Marwoto dan Hardiningsih 2007; Baliadi
et al. 2008),walaupun pada tahun 2005 gejala serangannya pada tanaman kedelai
telah ditemukan di Sumatera Selatan (Tengkano et al. 2006), Jawa Timur, Jawa
Barat, Bali,dan Lombok (Tengkano et al.
2006;Tengkano 2007). Empat spesies lalat
pengorok daun yang menginfestasi tanaman kedelai di Asia Tenggara adalah L.
sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae (Tokumaru dan Abe 2006). Hofsvang et al.
(2005) menyatakan bahwa L. sativae adalah spesies yang invasive pada tanaman
kedelai di Asia Tenggara.Tanaman kedelai yang terserang pada stadia awal rentan
terhadap penyakit tular tanah yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii dan
Rhizoctonia solani. Serangan berat dapat menyebabkan daun kedelai gugur lebih
dini (Baliadi 2009). Laju fotosintesis daun yang terserang Liriomyza sp.
menjadi rendah (Trumble et al. 1985) dan liang korokan berfungsi sebagai
prekursor serangan patogen cendawan (Price dan Harbaugh 1981) dan virus (Zitter
dan Tsai 1977). Oleh karena itu, Liriomyza
sp. berpotensi menjadi hama penting pada tanaman kedelai. Saat ini,
informasi mengenai dampak serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai di
Indonesia sangat terbatas. Kurangnya penelitian tentang lalat pengorok daun
pada tanaman kedelai menyebabkan belum diketahuinya tingkat kerusakan serangan
hama ini dan pengaruhnya terhadap hasil panen.
Gejala
serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya
liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Apabila
liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva
hidup dan makan di dalam liang korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat
dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang
korokan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur
Imago
lalat pengorok daun menusukkan opivositornya pada daun-daun muda,walaupun
gejala juga muncul pada daun - daun yang muncul berikutnya (Baliadi2009).
Reed et al. (1989) menyatakan, serangan
imago L. cicerina pada kacang arab (Cicer arietinum) menimbulkan gejala
bintik-bintik pada daun.
Gejala
serangan larva lalat pengorok daun menyebar pada semua bagian tajuk tanaman
kedelai, baik tajuk atas, tengah, maupun bawah. Namun, gejala serangan lebih
banyak dijumpai pada daun/tajuk bagian bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi
kerapatan larva pada tanaman (Baliadi 2009). Purnomo et al. (2003) mengemukakan
bahwa larva lebih banyak dijumpai pada tajuk bagian bawah tanaman kacang endul.
Kerusakan
yang disebabkan oleh Liriomyza sp. pada tanaman dibedakan menjadi dua, yakni
kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung disebabkan oleh
perilaku makan larva. Aktivitas larva dapat menurunkan kapasitas fotosintesis
tanaman (Trumble et al. 1985). Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan
palisade daun saat larva membuat liang korokan serpentin. Serangan berat
mengakibatkan desikasi dan pengguguran daun lebih dini. Kehilangan hasil akibat
korokan pada kedelai berkisar antara 15− 20% (Baliadi 2009). Kerusakan tidak
langsung terjadi karena tusukan-tusukan pada permukaan daun menyebabkan tanaman
kedelai rentan terhadap serangan patogen tular tanah. Hal serupa terjadi pada
tanaman kacang hijau (Baliadi 2009). Price dan Harbaugh (1981) melaporkan bahwa
serangan Pseudomonas cichorii meningkat
pada tanaman krisan yang terserang L.
trifolii. Sementara itu Zitter dan Tsai (1977) menyatakan virus mosaic kedelai
juga dapat ditularkan oleh Liriomyza.Data tentang tingkat kerusakan pada
tanaman kedelai diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan
pengendalian. Penentuan nilai ambang ekonomi atau ambang merusak cukup sulit
karena hubungan antara kerapatan populasi lalat dan kerusakan daun dengan
penurunan hasil panen dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu musim, cara budi daya, dan kerentanan tanaman inang.
Ambang merusak L. bryoniae pada tanaman
tomat adalah 15 liang korokan per daun (Ledieu dan Heyler 1982). Jumlah liang
korokan 30 dan 60 buah/daun dapat menurunkan hasil tomat masing-masing
10% dan 20%.
1.2.Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
respon tanaman cabai merah ( C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan
terhadap serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
1.3.Kegunaan penelitian
Penelitian dapat digunakan sebagai
bahan infornasi perlindungan bagi pihak – pihak yang membutuhkan dalam
melakukan pegendalian pathogen khususnya lalat pengorok daun, liriomyza sp.
(diptera:agromyzidae).
Dan salah satu syarat dalam
pemberian nilai pada mata kuliah metode penulisan ilmiah.
1.4.Hipotesis
Adanya perbedaan respon tanaman
cabai merah (C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan akibat serangan
lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
II.METODE PENELITIAN
2.1.tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Hama Penyakit Tanaman dan Rumah Kaca fakultas Pertanian
Universitas Jambi selama . . . . .sampai
. . . 2009
2.2.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Liriomyza sp.yang diambil dari lapangan,pupuk kandang
,pasir dan tanah ,kain kasa,gelas aqua ukuran 220 ml ,benih kacang kedelai
varietas local.
Alat – alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah polybag ukuran 5 kg,stoples, timbangan, kuas kecil ,
kelambu,meteran dan ayakan tanah.
2.3.rancangan penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ),yang terdiri
atas 4 perlakuan yaitu :
A0 : Tanaman control
A1 :tanaman kedelai di
infes dengan lalat pengorok pada umur 10 hari setelah semai.
A2 :Tanamn kedelai
diinfes dengan lalat pengorok sebanyak 5 ekor pada umur 10 hari setelah
Tanam
A3 :Tanamn kedelai
diinfes dengan lalat pengorok sebanyak 5 ekor pada umur 10 hari setelah
Muncul pembungaan pertama.
Masing – masing
perlakuan sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan.
2.4. Pelaksanaan penelitian
2.4.1.pengadaan lalat penggorok
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
didapat dari pertanaman tanaman kedelai di d
aerah
jaluko . kemudian di simpan dalam toples selama 2 minggu dan pakan nya diganti
setiap hari .
2.4.2,Penyemaian benih kedelai
Benih disemai pada gelas aqua ukuran
220 ml ,yang berisi tanah,pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1
dalam satu gelas tersebut di tanam 3 benih sampai 10 hari setelah semai.
3.4.3 persiapan media tanam
Media tanam terdiri dari tanah ,
pasir, dan pupuk kandangdengan perbandingan 2:1:1.setelah itu dimasukkan
kedalam polybag ,masing – masing polybag diisi dengan 5 kg media.
3.4.3 penanaman tanamn kedelai
Setelah bibit berumur 14 hari,dan
bibit – bibit dipindahkan ke polibag yang sudah diisi dengan media tanam,masing
– masing dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5
– 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji
yang bisa tumbuh.
3.4.5 pelepasan Lalat pengorok daun
(Liriomyza sp.) pada tanaman kedelai
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
di infeksikan pada tanaman kedelai sesuai dengan perlakuan ,dimana pelepasan
lalat penggorok dilakukan saat tanaman berumur 10 hari pembibitan,10 hari pembibitan
setelah tanam dan 10 hari pembibitan setelah muncul bunga pertama kemudian
diamati sampai produksi pertama.
3.4.6. uji hayati
Uji hayati dilakukan untuk
memastikan ada tidaknya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian
mesofil daun. Uji ini dilakukan dengan cara menginfeksi lalat penggorok daun
yang diambil dari perlakuan .
3.5. pengamatan
3.5.1. intensitas serangan
Pengamatan tingkat serangan
dilakukan setelah timbulnya gejala pertama pada tanaman. Pengamatan dengan
interval waktu 2 hari sampai produksi pertam .menrut Feronika (2001).
Intensitas serangan dihitung berdasarkan skala penyakit yang telah dimodifikasi
sebagai berikut :
0:
tidak ada gejala serangan
1:
<25% daun yang memperlihatkan gejala
2:25%
3:semua
daun yang memperlihatkan gejala .
Berdasarkan intensitas penyakit dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
IP =
Keterangan :
Keterangan :
Ip adalah intensitas penyakit
Ki adalah tanaman yang terserang penyakit
dengan skala n ( n =0,1,2,3)
N adalah jumlah tanaman yang ditanam
polibag
Z adalah skala penyakit tertinggi.
3.5.2.
Persentase tanaman yang terserang
Persentase
tanaman yang terserang dihitung setelah produksi pertama dengan menhitung
jumlah tanaman yang terserang dibagi dengan jumlah tanaman kesulurahan dikali
100% atau
P =
keterangan : P adalah persentase tanaman yang terserang
Q adalah jumlah tanaman
yang terserang
R adalah jumlah tanaman
keselruhan
3.5.3.Tinggi tanaman
Batang tanaman kedelai diukur dari
pangkal batang sampai ujung tertinggi dari tanaman.Dengan mengukur tinggi
tanaman mulai dari tanaman 10 hari pembibitan setelah perlakuan samapi
berproduksi pertama.
3.5.5.Analisa data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan,
maka data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistic dengan
menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan new Multiple Range
Test ( DnMRT ) Pada taraf 5%
LAMPIRAN
Peta petak tanah
A01
|
A11
|
A31
|
A14
|
A06
|
A16
|
A21
|
A12
|
A36
|
A15
|
A02
|
A04
|
A35
|
A22
|
A03
|
A13
|
A33
|
A05
|
A25
|
A23
|
A32
|
A26
|
A34
|
A24
|
Perlakuan perbandingan
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Jurnal
Litbang Pertanian, 11 januari 2010 LALAT PENGOROK DAUN,
Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE), HAMA BARU PADA TANAMANKEDELAI DI
INDONESIA,Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi Tengkano
Ø Rukmana,
S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. 92 hal.
Ø Hidayat, O.
D. 1985. Morfologi Tanaman
Kedelai. Hal 73-86.
Dalam S. Somaatmadja et al. (Eds.).
Puslitbangtan. Bogor.
Ø Samsudin,
H. 2008. Sebaran Hemiptarsus,varicornis
(Girault) (Hymenopetra: Eulo-pidae) parasitoid larva Liriomyza spp.Lembaga Pertanian Sehat.
http://www.pertaniansehat.or.id [2 April 2009].
lumayan
BalasHapus