RESUME MIKROBIOLOGI
ALGA , NEMATODA , DAN AKTINOMICETES
OLEH
NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 20010-2011
ALGA
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN ALGA
Faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan alga ialah cahaya, aliran, suhu, nutrien
dan pesaing.
Dari segi cahaya, iklim Khatulistiwa
yang bermatahari cerah sepanjang tahun amat menggalakkan pertumbuhan alga.
Kebanyakkan terumbu karang bersifat ‘light intensity’iaitu intensif cahaya yang
tinggi. Oleh itu, air akuarium masin memerlukan cahaya yang banyak. Kuantiti,
spectrum dan tempoh masa pemancaran cahaya akan mempengaruhi pertumbuhan alga.
pemancaran cahaya selama 12 hingga 16 jam sehari adalah keadaan yang amat menggalakkan.
Maka, biasanya semua lampu di akuarium dibuka untuk jangka masa yang panjang
kerana ia menyerupai proses pemancaran cahaya matahari semula jadi.
Bagi nutrien pula, kebanyakkan alga yang
berbulu dan yang berlendir akan tumbuh
dengan banyak dalam air yang kaya dengan nutrien. Terutamanya nitrat dan fosfat.
Sesetengah alga besar juga memerlukan iron atau elemen lain untuk membantu mereka
tumbuh sihat.
dengan banyak dalam air yang kaya dengan nutrien. Terutamanya nitrat dan fosfat.
Sesetengah alga besar juga memerlukan iron atau elemen lain untuk membantu mereka
tumbuh sihat.
Alga merah Laurencia
Alga
(jamak Algae) adalah sekelompok organisme
autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang
nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ"
seperti yang dimiliki tumbuhan (akar,
batang, daun,
dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah
dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.
Alga prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan
sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri
biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga
biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak
valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun
mampu melakukan fotosintesis
langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya,
alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga
dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria).
Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan
sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Alga eukariotik
Diagram yang menggambarkan
teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini yang banyak didukung.
Jenis-jenis alga lainnya memiliki
struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun
dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam
asimilasi energi.
Dalam taksonomi paling modern,
alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut
ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena
sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya
dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.
NEMATODA
CIRI-CIRI
UMUM :
1.
mempunyai saluran pencernaan dan
rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga
disebut SPEUDOSEL atau
PSEDOSELOMA.
2.
Potongan melintangnya berbentuk
bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan
hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).
STRUKTUR ANATOMI
SISTEM INTEGUMEN, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula
yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat
dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai
berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan
lapisan otot.
SISTEM
DIGESTI, dimulai dari mulut pada ujung anterior
tubuh yang dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu
ada), esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum
(ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.
SISTEM
SYARAF, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk
cincin yang mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6
batang syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.
SISTEM REPRODUKSI, jenis
kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan
terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan
setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan
sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan
kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk
kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang
kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe ,
yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan
tidak terlalu melebar disebut ALA CAUDAL
sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi
untuk memegang cacing betina saat kopulasi).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1
ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada
yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) ,
vagina dan terakhir vulva.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi
menjadi dua :
A. secara langsung : 1. Melalui
larva infektif : Ancylostoma sp.
2. melalui telur infektif : Ascaris sp., Trichuris sp.
Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati
dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium
infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing
dewasa. Sedangkan L1 dan L2
walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain
infektif melalui mulut (termakan) bisa pula
menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam
telur . infeksi melalui mulut (termakan).
contoh : Ascaris sp.
B. secara tidak langsung :
melalui hospes Intermidier (HI)
Dirofilaria sp., Thelazia sp.
1.
Telur menetas atau cacing vivipar
dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas sebentar,
misalnya Metastrongylus sp. . Hospes
intermidier termakan oleh hospes definitif.
2.
Telur tidak menetas dan tertelan
oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes
antara dimakan oleh hospes definitif.
3.
Cacing vivipar dan larvanya masuk
kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap darah
(nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap
darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara
menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria
sp.
Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami
:
1.
Migrasi
a.
migrasi melalui pembuluh darah
b.
migrasi melalui pembuluh limpatic
2. tidak mengalami migrasi.
ASKOMISETES
Aktinomisetes
merupakan mikroorganisme uniseluler, menghasilkan miselium bercabang dan
biasanya mengalami fragmentasi atau pembelahan untuk membentuk spora.
Mikroorganisme ini tersebar luas tidak hanya di tanah tetapi juga di kompos,
lumpur, dasar danau dan sungai. Pada mulanya organisme ini diabaikan karena
pertumbuhannya pada plate agar sangat lambat. Sekarang banyak diteliti dalam
hubungannya dengan antibiotik.
Description (Indonesia ): Aktinomisetes
merupakan kelompok bakteri berfilamen yang jumlahnya melimpah di tanah.
Mikroorganisme ini secara aerobik mampu mendegradasi senyawa-senyawa yang sukar
didegradasi seperti khitin. Khitin adalah polimer yang umum ditemukan pada
dinding sel jamur kelas Basidiomisetes, Ascomisetes dan beberapa jenis
Deuteromisetes. Oleh karena itu aktinornisetes khitinolitik dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu alternatif agen pengendali hayati penyakit tanaman yang
disebabkan oleh jamur. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan aktinomisetes
dengan kemampuan khitinolitik tinggi melalui cara isolasi dan seleksi.
Isolat-isolat ini kemudian diuji kemampuannya melisiskan dinding sel jamur
patogen Fusarium oxysporum. Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan
yaitu : a) lsolasi dan seleksi aktinornisetes khitinolitik, b) optimalisasi
kemampuan isolat memproduksi enzim, c) purifikasi parsial dengan presipitasi
ammonium sulfat 70 %, dan d) uji kemampuan khitinase melisiskan dinding sel
jamur F. oxysporum. Sebanyak 30 isolat aktinomisetes khitinolitik berhasil
diisolasi dari tanah rhizosfer dan kompos. Berdasarkan atas uji aktivitas enzim
secara kualitatif dan kuantitatif, maka dipilih isolat RKt-5 sebagai isolat
yang memiliki aktivitas khitinase tertinggi. Hasil optimalisasi kondisi
lingkungan menunjukkan bahwa aktinomisetes RKt-5 menghasilkan aktivitas
khitinase spesifik tertinggi pada medium dengan konsentrasi inokulum 10 %
(v/v), pH 7, konsentrasi khitin 0,2 % (b/v) dan waktu inkubasi 48 jam. Enzim
khitinase hasil presipitasi dengan ammonium sulfat 70 % (b/v) mampu menghambat
perkecambahan konidia sebesar 57 % dan melisiskan dinding sel jamur F.
oxysporum. Lisisnya dinding sel jamur ditandai dengan adanya N-asetil
glukosamin (GlcNAc) yang dibebaskan ke dalam medium. Perlakuan enzim terhadap
miselium menyebabkan terjadinya fragmentas
Description (
Belum DiperiksaAscomycota
adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini
tersebar di seluruh dunia. Ascomycota dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual.
Reproduksi Aseksual
Dilakukan dengan membentuk kuncup.
Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. kadang-kadang kuncup tetap
melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut hifasemu atau
pseudohifa.
Reproduksi Seksual
Mula-mula Hifa berbeda jenis
saling berdekatan. 2)Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan
membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid. 3)Dari askogonium akan
tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan anteridium.
4)Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi
plasmogami. 5)Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang
dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi
tetap berpasangan. 6)Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium
yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung
hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik. 7)Di dalam
askus terjadi kariogami
menghasilkan inti diploid. 8)Di dalam askus terdapat 8 buah
spora. Spora terbentuk di dalam askus
sehingga disebut sporaaskus. Spora askus
dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora
askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar