Kamis, 21 Juni 2012

RESUME MIKROBIOLOGI ALGA , NEMATODA , DAN AKTINOMICETES


RESUME MIKROBIOLOGI
ALGA , NEMATODA , DAN AKTINOMICETES







OLEH

NAMA            : PRASETYO SIAGIAN
NIM                 : D1A009112






AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 20010-2011


ALGA

FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN ALGA

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan alga ialah cahaya, aliran, suhu, nutrien
dan pesaing.
Dari segi cahaya, iklim Khatulistiwa yang bermatahari cerah sepanjang tahun amat menggalakkan pertumbuhan alga. Kebanyakkan terumbu karang bersifat ‘light intensity’iaitu intensif cahaya yang tinggi. Oleh itu, air akuarium masin memerlukan cahaya yang banyak. Kuantiti, spectrum dan tempoh masa pemancaran cahaya akan mempengaruhi pertumbuhan alga. pemancaran cahaya selama 12 hingga 16 jam sehari adalah keadaan yang amat menggalakkan. Maka, biasanya semua lampu di akuarium dibuka untuk jangka masa yang panjang kerana ia menyerupai proses pemancaran cahaya matahari semula jadi.
Bagi nutrien pula, kebanyakkan alga yang berbulu dan yang berlendir akan tumbuh
dengan banyak dalam air yang kaya dengan nutrien. Terutamanya nitrat dan fosfat.
Sesetengah alga besar juga memerlukan iron atau elemen lain untuk membantu mereka
tumbuh sihat.

Alga merah Laurencia
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.
Alga prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Alga eukariotik
Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini yang banyak didukung.
Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.




























NEMATODA  


CIRI-CIRI UMUM :
1.      mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau  PSEDOSELOMA.
2.      Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).

STRUKTUR ANATOMI
SISTEM INTEGUMEN, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.

SISTEM DIGESTI, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada), esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum (ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.
SISTEM SYARAF, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.
SISTEM REPRODUKSI, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA CAUDAL  sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.



SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
A.  secara langsung : 1. Melalui larva infektif  :                 Ancylostoma sp.
                                  2. melalui telur infektif  :                    Ascaris sp., Trichuris sp.

Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula  menembus kulit.

Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan).  contoh : Ascaris sp.

B.  secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI)          Dirofilaria sp., Thelazia sp.

1.      Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes definitif.
2.      Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3.      Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.

Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
1.      Migrasi
a.       migrasi melalui pembuluh darah
b.      migrasi melalui pembuluh limpatic
2. tidak mengalami migrasi.




































ASKOMISETES

Aktinomisetes merupakan mikroorganisme uniseluler, menghasilkan miselium bercabang dan biasanya mengalami fragmentasi atau pembelahan untuk membentuk spora. Mikroorganisme ini tersebar luas tidak hanya di tanah tetapi juga di kompos, lumpur, dasar danau dan sungai. Pada mulanya organisme ini diabaikan karena pertumbuhannya pada plate agar sangat lambat. Sekarang banyak diteliti dalam hubungannya dengan antibiotik.
               Description (Indonesia): Aktinomisetes merupakan kelompok bakteri berfilamen yang jumlahnya melimpah di tanah. Mikroorganisme ini secara aerobik mampu mendegradasi senyawa-senyawa yang sukar didegradasi seperti khitin. Khitin adalah polimer yang umum ditemukan pada dinding sel jamur kelas Basidiomisetes, Ascomisetes dan beberapa jenis Deuteromisetes. Oleh karena itu aktinornisetes khitinolitik dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif agen pengendali hayati penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan aktinomisetes dengan kemampuan khitinolitik tinggi melalui cara isolasi dan seleksi. Isolat-isolat ini kemudian diuji kemampuannya melisiskan dinding sel jamur patogen Fusarium oxysporum. Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu : a) lsolasi dan seleksi aktinornisetes khitinolitik, b) optimalisasi kemampuan isolat memproduksi enzim, c) purifikasi parsial dengan presipitasi ammonium sulfat 70 %, dan d) uji kemampuan khitinase melisiskan dinding sel jamur F. oxysporum. Sebanyak 30 isolat aktinomisetes khitinolitik berhasil diisolasi dari tanah rhizosfer dan kompos. Berdasarkan atas uji aktivitas enzim secara kualitatif dan kuantitatif, maka dipilih isolat RKt-5 sebagai isolat yang memiliki aktivitas khitinase tertinggi. Hasil optimalisasi kondisi lingkungan menunjukkan bahwa aktinomisetes RKt-5 menghasilkan aktivitas khitinase spesifik tertinggi pada medium dengan konsentrasi inokulum 10 % (v/v), pH 7, konsentrasi khitin 0,2 % (b/v) dan waktu inkubasi 48 jam. Enzim khitinase hasil presipitasi dengan ammonium sulfat 70 % (b/v) mampu menghambat perkecambahan konidia sebesar 57 % dan melisiskan dinding sel jamur F. oxysporum. Lisisnya dinding sel jamur ditandai dengan adanya N-asetil glukosamin (GlcNAc) yang dibebaskan ke dalam medium. Perlakuan enzim terhadap miselium menyebabkan terjadinya fragmentas
Belum DiperiksaAscomycota adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini tersebar di seluruh dunia. Ascomycota dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual.


Reproduksi Aseksual
Dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. kadang-kadang kuncup tetap melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut hifasemu atau pseudohifa.
Reproduksi Seksual
Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan. 2)Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid. 3)Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan anteridium. 4)Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami. 5)Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan. 6)Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik. 7)Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid. 8)Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar