PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT
LALAT PENGGOROK DAUN
Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI
MERAH (Capsicum annum)
METODE ILMIAH
NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2010
PENDAHULUAN
Cabai
merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi
dan cocok untuk dikembangkan di daerah
tropika seperti di Indonesia. Cabai
sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk
ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya .Komoditi tersebut banyak
diusahakan di lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Dalam
upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi
cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang
mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan
teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman,
pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat. (Slameto, Bambang Wijayanto ,Zakiah
,2008)
Cabai
merah (Capsium annum L.) merupakan tanaman hortikultura sayur-sayuran buah
semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat
sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan
ini semakin meningkat sejalan dengan
makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain
itu, cabai merah sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata dagangan yang
dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang
mempunyai peluang pemasaran ekspor non migas yang sangat baik.
Kebutuhan
akan cabai merah, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan
kenaikan pendapatan dan atau jumlah
penduduk sebagaimana terlihat dari trend permintaan yang cenderung meningkat
yaitu tahun 1988 sebesar 4,45 kg/kapita, menjadi sebesar 2,88 kg/kapita pada
tahun 1990, dan pada tahun 1992 mencapai sebesar 3,16 kg/kapita.
Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan,
tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat
berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar
eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa
kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan
relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah
yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya
sehingga harga sangat rendah.
Beberapa
faktor pendukung yang bersifat teknologi (non kelembagaan) yang diperlukan
untuk mengembangkan bisnis budidaya cabai merah berskala usaha kecil, guna
mengantisipasi peluang permintaan di atas sebenarnya masih dapat terus
dikembangkan dan ditingkatkan. Penataannya mencakup perbaikan serta
penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang
dimulai dari : (i) proses persiapan dan pembuatan pembibitan cabai merah, (ii)
penyediaan benih cabai merah yang unggul dan bebas dari penyakit virus, (iii)
persiapan lahan budidaya, (iv) penerapan teknologi penanaman cabai merah, (v)
pemeliharaan tanaman, (vi) proses panen, (vii) proses penanganan hasil panen
dan (viii) distribusi dan pemasaran hasil panen (produksi cabai merah). Perbaikan terhadap faktor pendukung penerapan
teknologi tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk dapat menekan resiko
kegagalan produksi sampai pada tingkat yang sekecil mungkin. (Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi
Tengkano,2010 )
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
Hama ini menyerang sejak dari persemaian sampai tanaman
dewasa. Serangan serangga dewasa pada daun ditandai oleh bercak-bercak putih
bekas tusukan ovipositor. Serangan berat akan mengakibatkan daun
mengering seperti terbakar. Gejala serangan oleh larva berupa alur-alur putih
pada permukaan daun.
Imago (a), larva (b), pupa
(c), dan gejala kerusakan oleh serangan Liriomyza sp. pada tanaman
cabai (d)
Kosmopolitan Pengganggu
Krisan Selain merusak penampilan, serangan Liriomyza spp. mengakibatkan
berkurangnya area fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.
Hama ini mewabah hampir di seluruh dunia tempat krisan ditanam.
Gejala serangan Liriomyza spp Sungguh mengenaskan bila krisan harus mati dimakan hama sebelum berkembang., karena orang menikmati tanaman ini dari keindahan bentuk dan warna bunganya. Serangan hama sudah menjadi resiko tanaman hias bunga potong ini yang biasanya dibudidayakan di bawah naungan seperti halnya mawar.
Berbeda dengan gladiol
dan sedap malam yang umum dibudidayakan di lahan terbuka.
Perbedaan lingkungan tanaman mempengaruhi jenis hama yang dominan pada lingkungan tersebut.
Perbedaan lingkungan tanaman mempengaruhi jenis hama yang dominan pada lingkungan tersebut.
Mempengaruhi pula cara
pengendalian hama utamanya. Meskipun ambang kendali hama pada tanaman hias
sangat rendah, umumnya petani hanya mengandalkan pada pestisida sistesa yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman hias-terutama yang bernilai
tinggi dan dapat diekspor-, memerlukan perlindungan dari organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) yang sangat intensif. Apalagi buyer di luar negeri menghendaki
produk tanaman hias dengan standar kulitas yang tinggi seperti harus memenuhi
kriteria indah, tumbuh sempurna, mulus dan tidak ada gangguan OPT.
Karenanya, pemasyarakatan pengendalian hama terpadu (PHT) kepada petani tanaman hias sangat perlu ditanamkan dalam rangka meningkatkan produksi tanaman hias yang berkelanjutan dan berwawasan agribisnis. Salah satu OPT yang harus diwaspadai adalah lalat pengorok daun yang disebabkan oleh Liriomyza chrysanthemi, L. Huidobrensis, L. Trifolii, (ordo : diptera ; Famili :Agromyzidea)
Laporan serangan lalat pengorok daun pada krisan dari daerah memang belum banyak masuk sampai saat ini. Namun demikian hasil penelitian akibat serangan larva lalat pengorok daun pada tanaman krisan, dapat menimbulkan kehilangan hasil, antara 76-86%. Pada serangan berat tingkat kerusakan bahkan mencapai lebih dari 90%.
Lalat pengorok daun selain menyerang tanaman hias juga bisa menyerang tanaman sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Jenis tanaman yang diserang meliputi kentang, tomat, seledri, wortel, ketimun, caisin, bit, selada, kacang merah, kubis, cabai, bawang merah, buncis, terung, semangka, bayam liar, dan lain-lain. Bila dilihat dari banyaknya tanaman inang ini memungkinkan daya pencar yang cepat sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap tanaman budidaya yang diusahakan oleh petani.
Lalat pengorok daun dapat diidentifikasi melalui panjang tubuhnya, yakni antara 1,7-2,3 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam mengkilap, kecuali skutelum dan bagian samping toraks serta bagian tengah berwarna kuning. Telurnya berwarna putih benang, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan, dan yang sudah berusia lanjut berukuran ± 3,5 mm. Puparium berwarna kuning keemasan hingga coklat kekuningan berukuran 2,5 mm. Siklus hidup lalat pengorok daun berkisar antara 22-25 hari, dan stadium pupa 9-12 hari. Imago betina mampu hidup selama 6-14 hari, dan imago jantan 3-9 hari.
Lalat ini bersifat kosmopolitan, artinya tersebar luas di berbagai bagian dunia tempat krisan ditanam. Serangga dewasa adalah sejenis lalat yang menusuk daun yang masih lunak ketika makan ataupun ketika meletakkan telur. Lalat mengorok jaringan di bawah epidermis daun dan membuat saluran-saluran yang tidak beraturan terutama di daerah pinggir daun. Pada saat akan berkempompong larva membuat lubang untuk keluar lalau berkepompong di tanah.
Gejala serangan lalat pengorok daun terjadi karena lalat ini memakan jaringan daun di bawah epidermis, sehingga terbentuk saluran-saluran bekas korokannya yang berwarna putih dengan diameter 1,5-2,0 mm. Pada serangan berat daun akan tampak putih karena yang tersisa hanya lapisan tipis bagian luar daun saja. Selain merusak penampilan, serangan hama ini dapat mengakibatkan berkurangnya area fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.
Budidaya tanaman sehat cukup membantu mentoleransi pengaruh kerusakan akibat hama ini teruatama pada fase vegetatif pertmbuhan tanaman. Budidaya secara sehat dapat dilakukan anatara lain dengan sanitasi lingkungan melalui membersihkan gulma, pemupukan berimbang, dan secara kultur teknis yaitu dengan menimbun bagian tanaman yang terserang.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari respon tanaman cabai merah ( C.annum ).pada fase pertumbuhan dan
perkembangan terhadap serangan lalat penggorok daun liriomyza sp.
(diptera:agromyzidae).
Kegunaan
penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan informasi perlindungan tanaman bagi pihak – pihak yang
membutuhkan dalam melakukan pengendalian patogen atau serangan hama tanaman
pada tanaman cabai merah ( C. annum L.) secara efektif.
Hipotesis
Adanya
perbedaan respon tanamn cabai merah ( C.annum) pada fase pertumbuhan
danperkembangan (fase vegetatif dan generative ) akibat infeksi lalat penggorok
daun liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
BAHAN
DAN METODE
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan adalah : benih cabai merah ( C.annum) dan lalat penggorok daun
liriomyza sp. Yang di dapat dari tanaman yang telah terinfeksi
Alat-alat yang
digunakan sebagai berikut : pot plastik
dengan diameter 21 cm,polibag ,pupuk
kandang,
Penelitian menggunakan metode percobaan
dengan Rancangan Acak Kelompok ,
terdiri atas empat perlakuan.
4 perlakuan tersebut adalah
tanaman cabai diinokulasi dengan :
1). cabai merah (
C.annum) dan tanpa liriomyza sp, 2) cabai
merah ( C.annum) + 10 larva liriomyza sp, 3) cabai merah (
C.annum) + 30 larva liriomyza sp, 4)
Meloidogyne spp. + 50 larva liriomyza sp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar