Sabtu, 23 Juni 2012

proposal penelitian ( PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT LALAT PENGGOROK DAUN Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum) )


PENGARUH WAKTU INOKULASI PENYAKIT LALAT PENGGOROK DAUN
Liriomyza sp. (DIPTERA:AGROMYZIDAE)
 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum)



METODE ILMIAH


NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112


AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010

PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis  sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di  daerah tropika seperti di Indonesia.  Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya .Komoditi tersebut banyak diusahakan di lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan  produksi cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu  maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat. (Slameto, Bambang Wijayanto ,Zakiah ,2008)
Cabai merah (Capsium annum L.) merupakan tanaman hortikultura sayur-sayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin meningkat  sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, cabai merah sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata dagangan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang mempunyai peluang pemasaran ekspor non migas yang sangat baik. 
Kebutuhan akan cabai merah, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan kenaikan  pendapatan dan atau jumlah penduduk sebagaimana terlihat dari trend permintaan yang cenderung meningkat yaitu tahun 1988 sebesar 4,45 kg/kapita, menjadi sebesar 2,88 kg/kapita pada tahun 1990, dan pada tahun 1992 mencapai sebesar 3,16 kg/kapita. 
Sekalipun  ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah.
Beberapa faktor pendukung yang bersifat teknologi (non kelembagaan) yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis budidaya cabai merah berskala usaha kecil, guna mengantisipasi peluang permintaan di atas sebenarnya masih dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan. Penataannya mencakup perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari : (i) proses persiapan dan pembuatan pembibitan cabai merah, (ii) penyediaan benih cabai merah yang unggul dan bebas dari penyakit virus, (iii) persiapan lahan budidaya, (iv) penerapan teknologi penanaman cabai merah, (v) pemeliharaan tanaman, (vi) proses panen, (vii) proses penanganan hasil panen dan (viii) distribusi dan pemasaran hasil panen (produksi cabai merah).  Perbaikan terhadap faktor pendukung penerapan teknologi tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk dapat menekan resiko kegagalan produksi sampai pada tingkat yang sekecil mungkin.  (Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi Tengkano,2010 )
 Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
Hama ini menyerang sejak dari persemaian sampai tanaman dewasa. Serangan serangga dewasa pada daun ditandai oleh bercak-bercak putih bekas tusukan ovipositor. Serangan berat  akan mengakibatkan daun mengering seperti terbakar. Gejala serangan oleh larva berupa alur-alur putih pada permukaan daun.

 Imago (a), larva (b), pupa (c), dan gejala kerusakan oleh serangan Liriomyza sp. pada  tanaman cabai (d)


Kosmopolitan Pengganggu Krisan Selain merusak penampilan, serangan Liriomyza spp. mengakibatkan berkurangnya area fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hama ini mewabah hampir di seluruh dunia tempat krisan ditanam.  

         Gejala serangan Liriomyza spp Sungguh mengenaskan bila krisan harus mati dimakan hama sebelum berkembang., karena orang menikmati tanaman ini dari keindahan bentuk dan warna bunganya. Serangan hama sudah menjadi resiko tanaman hias bunga potong ini yang biasanya dibudidayakan di bawah naungan seperti halnya mawar.

Berbeda dengan gladiol dan sedap malam yang umum dibudidayakan di lahan terbuka.
Perbedaan lingkungan tanaman mempengaruhi jenis hama yang dominan pada lingkungan tersebut. 

Mempengaruhi pula cara pengendalian hama utamanya. Meskipun ambang kendali hama pada tanaman hias sangat rendah, umumnya petani hanya mengandalkan pada pestisida sistesa yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman hias-terutama yang bernilai tinggi dan dapat diekspor-, memerlukan perlindungan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat intensif. Apalagi buyer di luar negeri menghendaki produk tanaman hias dengan standar kulitas yang tinggi seperti harus memenuhi kriteria indah, tumbuh sempurna, mulus dan tidak ada gangguan OPT.

       Karenanya, pemasyarakatan pengendalian hama terpadu (PHT) kepada petani tanaman hias sangat perlu ditanamkan dalam rangka meningkatkan produksi tanaman hias yang berkelanjutan dan berwawasan agribisnis. Salah satu OPT yang harus diwaspadai adalah lalat pengorok daun yang disebabkan oleh Liriomyza chrysanthemi, L. Huidobrensis, L. Trifolii, (ordo : diptera ; Famili :Agromyzidea)

       Laporan serangan lalat pengorok daun pada krisan dari daerah memang belum banyak masuk sampai saat ini. Namun demikian hasil penelitian akibat serangan larva lalat pengorok daun pada tanaman krisan, dapat menimbulkan kehilangan hasil, antara 76-86%. Pada serangan berat tingkat kerusakan bahkan mencapai lebih dari 90%. 

            Lalat pengorok daun selain menyerang tanaman hias juga bisa menyerang tanaman sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Jenis tanaman yang diserang meliputi kentang, tomat, seledri, wortel, ketimun, caisin, bit, selada, kacang merah, kubis, cabai, bawang merah, buncis, terung, semangka, bayam liar, dan lain-lain. Bila dilihat dari banyaknya tanaman inang ini memungkinkan daya pencar yang cepat sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap tanaman budidaya yang diusahakan oleh petani.

         Lalat pengorok daun dapat diidentifikasi melalui panjang tubuhnya, yakni antara 1,7-2,3 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam mengkilap, kecuali skutelum dan bagian samping toraks serta bagian tengah berwarna kuning. Telurnya berwarna putih benang, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan, dan yang sudah berusia lanjut berukuran ± 3,5 mm. Puparium berwarna kuning keemasan hingga coklat kekuningan berukuran 2,5 mm. Siklus hidup lalat pengorok daun berkisar antara 22-25 hari, dan stadium pupa 9-12 hari. Imago betina mampu hidup selama 6-14 hari, dan imago jantan 3-9 hari. 

         Lalat ini bersifat kosmopolitan, artinya tersebar luas di berbagai bagian dunia tempat krisan ditanam. Serangga dewasa adalah sejenis lalat yang menusuk daun yang masih lunak ketika makan ataupun ketika meletakkan telur. Lalat mengorok jaringan di bawah epidermis daun dan membuat saluran-saluran yang tidak beraturan terutama di daerah pinggir daun. Pada saat akan berkempompong larva membuat lubang untuk keluar lalau berkepompong di tanah.

          Gejala serangan lalat pengorok daun terjadi karena lalat ini memakan jaringan daun di bawah epidermis, sehingga terbentuk saluran-saluran bekas korokannya yang berwarna putih dengan diameter 1,5-2,0 mm. Pada serangan berat daun akan tampak putih karena yang tersisa hanya lapisan tipis bagian luar daun saja. Selain merusak penampilan, serangan hama ini dapat mengakibatkan berkurangnya area fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

          Budidaya tanaman sehat cukup membantu mentoleransi pengaruh kerusakan akibat hama ini teruatama pada fase vegetatif pertmbuhan tanaman. Budidaya secara sehat dapat dilakukan anatara lain dengan sanitasi lingkungan melalui membersihkan gulma, pemupukan berimbang, dan secara kultur teknis yaitu dengan menimbun bagian tanaman yang terserang.




















Tujuan penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman cabai merah ( C.annum ).pada fase pertumbuhan dan perkembangan terhadap serangan lalat penggorok daun liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

Kegunaan penelitian
            Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi perlindungan tanaman bagi pihak – pihak yang membutuhkan dalam melakukan pengendalian patogen atau serangan hama tanaman pada tanaman cabai merah ( C. annum L.) secara efektif.

Hipotesis
            Adanya perbedaan respon tanamn cabai merah ( C.annum) pada fase pertumbuhan danperkembangan (fase vegetatif dan generative ) akibat infeksi lalat penggorok daun liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

BAHAN DAN METODE 
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah : benih cabai merah ( C.annum) dan lalat penggorok daun liriomyza sp. Yang di dapat dari tanaman yang telah terinfeksi
Alat-alat yang digunakan sebagai berikut :  pot plastik dengan diameter  21 cm,polibag ,pupuk kandang,
Penelitian menggunakan metode  percobaan  dengan Rancangan Acak Kelompok ,
terdiri atas empat  perlakuan.  4 perlakuan tersebut  adalah tanaman cabai diinokulasi dengan :
1). cabai merah ( C.annum) dan tanpa liriomyza sp, 2)  cabai merah ( C.annum)  +  10 larva liriomyza sp, 3) cabai merah ( C.annum)  + 30 larva liriomyza sp, 4) Meloidogyne  spp. + 50 larva liriomyza sp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar