Kamis, 21 Juni 2012

MASALAH SOSIAL DI DESA DAN KOTA ( sosial pedesaan )


MASALAH SOSIAL DI DESA DAN KOTA

PENGERTIAN KOTA, DESA DAN PERMASALAHANNYA
Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan, sedangkan masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi. Permasalahan di kota adalah pengangguran, rawan pangan, rawan moral dan lingkungan.
Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain, sedangkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota masyarakat.
Permasalahan di kota antara lain:
1.     konflik (pertengkaran),
2.    kontroversi (pertentangan),
3.    kompetisi (persaingan),
4.    kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan
5.    sistem nilai budaya.


Variabel-variabel yang mencirikan kemiskinan di pedesaan adalah:
1.     lemahnya posisi sumber daya alam,
2.    lemahnya posisi sumber daya manusia di pedesaan,
3.    kurangnya penguasaan teknologi,
4.    lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan, termasuk budaya, sikap, dan motivasi.

INTERAKSI DESA DAN KOTA
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.
1.     Pola interaksi sosial pada masyarakat ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
2.    Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan prinsip kerukunan, sedang masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik, pendidikan, dan kadang hierarki.
3.    Pola interaksi masyarakat pedesaan bersifat horisontal, sedangkan masyarakat perkotaan vertikal.
4.    Pola interaksi masyarakat kota adalah individual, sedangkan masyarakat desa adalah kebersamaan.
5.    Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, sedangkan masyarakat kota terbentuk karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.



Pengaruh kota terhadap desa: 
1.     kota menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan desa
2.    menyediakan tenaga kerja bidang jasa
3.    memproduksi hasil pertanian desa
4.    penyedia fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi.
5.    andil dalam terkikisnya budaya desa
Pengaruh desa terhadap kota :
1.     penyedia tenaga kerja kasar
2.    penyedia bahan-bahan kebutuhan kota
3.    merupakan hinterland
4.    penyedia ruang (space).

URBANISASI DAN PENANGGULANGANNYA
Urbanisasi adalah suatu proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi dilihat dari kacamata sosiolog menunjukkan tiga gejala sosial yaitu: urbanisasi itu sendiri, detribalisasi, dan stabilitas.
Ahli ekonomi melihat pada beralihnya corak mata pencaharian yang baru di kota yang wujudnya subsistence urbanization sebagai pengganti corak sebelumnya yaitu subsistence agriculture. Ahli geografi melihatnya sebagai:
1.     Perkembangan persentase penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional.
2.    Bertambahnya penduduk yang menjadi bermata pencaharian nonagraris di pedesaan.
3.    Tumbuhnya suatu pemukiman menjadi kota.
4.    Mekar atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis suatu kota ke kawasan sekelilingnya.
5.    Meluasnya pengaruh suasana perekonomian kota ke pedesaan.
6.    Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural kota ke pedesaan; dengan perkataan lain meluasnya aneka nilai dan norma urban ke kawasan di luarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi urbanisasi
Faktor pendorong :
1.     timbulnya kemiskinan di kota
2.    kegagalan panen
3.    peraturan adat yang kuat
4.    kurangnya sarana pendidikan pengembangan diri
5.    perang antarkelompok
Faktor penarik
1.     di kota banyak pekerjaan
2.    pekerjaan lebih sesuai pendidikan
3.    mengangkat status social
4.    pengembangan usaha di luar bidang pertanian
5.    fasilitas pendidikan lebih banyak
6.    modal lebih banyak
7.    tingkat budaya lebih tinggi
Akibat urbanisasi
1.     berkurangnya tenaga kerja di desa
2.    terbentuknya daerah suburban
3.    terbentuknya pemukiman kumuh
4.    meningkatnya tuna karya
Usaha penanggulangan urbanisasi
a.    lokal jangka pendek
1. perbaikan perekonomian pedesaan
2. pembersihan pemukiman kumuh
3. penataan pemukiman kumuh
4. memperluas lapangan kerja
5. membuat dan melaksanakan proyek perkotaan
b.    lokal jangka panjang
c.    nasional jangka pendek
d.    nasional jangka panjang




KONFLIK SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL
KONFLIK SOSIAL
Perspektif fungsionalisme melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang stabil dan selalu mengandung keseimbangan. Sebaliknya, teori konflik sebagai reaksi terhadap fungsionalisme pada tahun 1950-an dan 1960-an mengemukakan bahwa masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok yang bertikai yang sering bertempur habis-habisan, bukannya sebagai keluarga besar yang bahagia.
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi sosial dikonsepkan sebagai suatu proses ketika kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan hubungan-hubungan sosial, ekonomi maupun politik.
Kelompok-kelompok sosial tersebut dapat terwujud atas dasar agama atau kepercayaan, suku, ras, dan kelas. Dalam konteks ini, integrasi tidak selamanya menghilangkan diferensiasi tetapi yang terpenting adalah memelihara kesadaran untuk menjaga keseimbangan hubungan.  Pokok-pokok integrasi sosial menurut Dahrendoof (1986) adalah (a) Stabilitas, (b) Fungsi koordinasi, (c) Konsensus, dan (d) Integrasi yang terstruktur dengan baik.
Sedangkan proses terjadinya integrasi sosial di masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam tiga dimensi, yaitu (1) masyarakat dapat terintegrasi di atas kesepakatan sebagian besar anggota terhadap nilai-nilai sosial tertentu yang bersifat fundamental dan (2) masyarakat dapat terintegrasi karena sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit sosial sekaligus (cross-cutting affiliations).
Melalui mekanisme demikian, konflik-konflik yang terjadi baik yang tampak maupun yang laten, teredam oleh loyalitas ganda, dan (3) masyarakat dapat terintegrasi atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Akibat adanya perbedaan pemilikan dan penguasaan sumber ekonomi, seperti kaya, menengah, dan miskin.
Ada dua macam mobilitas sosial yaitu vertikal dan horisontal.
Yang vertikal berhubungan dengan perpindahan posisi ke atas atau ke bawah, sedangkan yang horisontal berhubungan dengan perpindahan dari satu bidang atau dimensi ke bidang atau dimensi lainnya dalam kelas yang sama.
Pengendalian sosial (kontrol sosial) adalah kontrol yang bersifat psikologik dan nonfisik, yaitu merupakan tekanan mental terhadap individu, sehingga individu akan bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian kelompok, karena ia tinggal dalam kelompok. Adapun hasil dari pengendalian sosial adalah (a) proses pembentukan kepribadian sesuai dengan keinginan kelompok, dan (b) kelangsungan hidup atau kesatuan kelompok lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar