LAPORAN
PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN
“Identifikasi
hama – hama pada tumbuhan jagung ( Zea mays. L.)”
OLEH
NAMA : PRASETYO SIAGIAN
NIM : D1A009112
AGROEKOTEKNOLOGI
/ ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung
(Zea mays. L.) sudah lama diusahakan petani
Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan
timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan Irian
Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi
jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya
barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung
(Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia
dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai
sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.Selain sebagai makanan pokok,
jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung
di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya
tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng,
tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan
ternak.Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama
sebanyak 51, 4 %
Kendala dalam budidaya jagung yang
menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan
penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat
Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai,
Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung
dan dapat menurunkan produksi jagung.
Upaya pengendalian oleh petani pada
saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang
tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengintegrasikan
komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan produksi
jagung tetapi juga pendapatan petani. Sistim PHT melibatkan semua komponen yang
berpeluang untuk menekan atau mencegah hama untuk mencapai ambang batas
populasi merusak secara ekonomi (economic
injury level/ economic threshold) (Willson, 1990). Sistim PHT yang
bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara
pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan
lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalain OPT agar petani tidak
bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan mempelajari identifikasi hama – hama dan gejala - gejala serangan pada tanaman jagung .
Mengetahui dan mempelajari identifikasi hama – hama dan gejala - gejala serangan pada tanaman jagung .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom
: Plantae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Nama Binomial : Zea mays L
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Nama Binomial : Zea mays L
Jagung
(Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang
secara filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan
keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis) mempunyai batang
tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa
genotipe dan lingkungan tertentu. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Jagung
merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa
lebih manis ketika masih muda.
Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, adavarietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Batang
jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku,
berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu
tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Pemahaman morfologi dan fase
pertumbuhan jagung sangat membantu dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman,
terkait dengan optimasi perlakukan agronomis. Cekaman air (kelebihan dan
kekurangan), cekaman hara (defisiensi dan keracunan), terkena herbisida atau
serangan hama dan penyakit akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal, atau
tidak sesuai dengan morfologi tanaman.
Jagung
mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar
adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif berkembang menjadi serabut
akar tebal. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total
akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar
kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di
atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar
tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara
dan air.
Tanaman
jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri
atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif.
Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan
pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Genotipe jagung yang
mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler.
Jagung
disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan
betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran
stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang
hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut
jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot. Penyerbukan pada jagung
terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.
Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian
kering.
Tanaman
jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas
umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada
bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya
selalu genap.Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu
dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis,
berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b)
endosperm, sebagai cadangan makanan, dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur
tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.
2.2 Manfaat Jagung
Jagung
kaya akan lemak nabati sehingga sering diolah untuk diambil minyaknya yang
merupakan sumber asam lemak omega-6 yang bermanfaat dalam proses pertumbuhan
anak, menjaga kesehatan kulit, mencegah penyakit jantung, dan stroke. Selain
mengandung serat yang pentin untuk menurunkan kadar kolesterol jagung juga kaya
akan asam folat yang berperan menurunkan kadar homosistein dalam pembuluh
darah.
Jagung
merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat penting bagi kesehatan sel
otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan untuk membentuk acetylcholine
yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel otak dalam proses berpikir
dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan menyebabkan pikun dan
penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam pentotenat (vitamin B5) yang
berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak untuk diubah
menjadi energi.
BAB III
BAHAN DAN METODE
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari selasa, 3 Januari 2012 di kebun pertanian Mendalo residence.
Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari selasa, 3 Januari 2012 di kebun pertanian Mendalo residence.
3.2 Bahan dan Alat
·
Kamera
·
Buku
·
Pena
Cara
kerja :
Dengan melihat bagian – bagian dari tanaman
jagung yang mana sudah terlihat gejala – gejala serangan hama , kemudian
memotretnya debgan kamera ,kemudian mengidentifikasi hama – hama apa saja yang
biasanya menyerang pada tanaman jagung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.ulat grayak (Spodoptera Litura)
klasifikasi,
ordo Lepidoptera,
famili
Noctuidae,
genus Spodoptera dan
spesies litura.
Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas atau banyak inang, sehingga agak sulitdikendalikan. Strategi pengendalian hama yang
efektif dapat disusun dengan mem- pelajari bioekologi hama.
Bioekologi
Perkembangan ulat grayak bersifat
metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia ulat, kepompong, ngengat dan telur.
(M
ARIFIN BALAI PENELITIAN PERTANIAN BOGOR)
Ulat tua bersembunyi di dalam tanah pada siang hari dan giat nenyerang tanaman
pada malam hari. Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmenabdomen keempat dan kesepuluh .Pada sisi lateral dorsal terdapat
garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat
tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok (Gambar 1a). Beberapa harisetelah menetas (bergantung ketersediaan makan- an), larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari
mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanamanpada malam hari atau pada intensitas
cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secarabergerombol dalam jumlah besar.
Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama
14 hari. Ulat instar I, II dan III, masing-masing berlangsung sekitar 2 hari.
Ulat berkepompong di dalam tanah. Stadia kepompong dan ngengat, masing-masing
berlangsung selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur pada umur 2-6 hari.
Ulat muda menyerang daun hingga
tertinggal epidermis atas dan tulang-tulang daun saja. Ulat tua
merusak pertulangan daun hingga tampak lobang-lobang bekas
gigitan ulat pada daun.Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon, namun terdapat perbedaan yang cukupmencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelapmemanjang. Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar.5 cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupatanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan
panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisarantara 30--60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama20-4-6 hari. Lama stadium pupa -8-11 hari.
Gejala Serangan
Ulat
Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik dari tanaman pangan
seperti padi,kedele dan jagung, juga pada tanaman hortikultura seperti cabe,
kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga menyerang tanaman
perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai macam gulma seperti Limnocharissp., Passiflora foetida , Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp., dan Trema sp.
Serangan Ulat
ini terjadi pada stadium larva (ulat). Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkansisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak
tulang daun dan kadang,kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak danberkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan
defoliasi daun yang sangat berat.
Hal yang memicu perkembangan ulat grayak.
Pertumbuhan populasi ulat grayak sering dipicu oleh situasi dan kondisi lingkungan, yakni:
1) Cuaca panas. Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga hama meningkat sehingga memper-pendek siklus hidup. Akibatnya jumlah telur
yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong peningkatanpopulasi.
2) Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas. Penanaman tanaman seperti kedelai yang tidak serentakmenyebabkan tanaman berada pada fase pertumbuh- an yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak selalutersedia di lapangan. Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin meningkat kare- na makanan tersediasepanjang musim.
3) Aplikasi insektisida. Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jenis maupun dosisnya, dapat memati- kanmusuh alami serta meningkatkan
(Marwoto, suharsono :Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan RayaKendalpayak, Kotak Pos 66, Malang 65101)
2. Kutu daun jagung,Rhopalosiphum maidis (Fitch)
(Homoptera: Aphididae)
Kutu
daun R.
maidis membentuk koloni dengan jumlah yang melimpah, berukuran antara
1.6 – 2.6 mm, berwarna biru sampai hijau, berbadan lunak serta memiliki antena
yang panjang berwarna hitam (Glogoza dan Boetel 2005).Menurut Borror et al (1996) kutu daun biasanya dapat
dikenali dari bentuknya yang seperti buah persik, dan sepasang kornikel di
ujung abdomennya. Sedangkan, imago
bersayap meletakkan sayapnya secara vertikal sewaktu istirahat. Perkembangan
populasi kutu daun yang merupakan serangga paurometabola meliputi fase nimfa,
fase imago betina tanpa sayap, dan fase imagobetina bersayap (Ratcliffe et al
2004). Imago betina tanpa sayap berukuran 1.7 -2.6 mm dan berwarna biru
kehijauan, sedangkan imago betina yang bersayap berukuran 1.6 - 2.0 mm dengan
warna tubuh hijau gelap atau hampir kehitaman (Stoetzel dan Miller 2001).
Glogoza
dan Boetel (2005) menyatakan bahwa, kutu daun
R. maidisberkembang biak secara partenogenesis. Telur menetas dalam tubuh imago betina
kemudian keluar nimfa, sehingga seakan -
akan kutu daun melahirkan nimfa (vivipar).
Seekor betina tanpa sayap mampu melahirkan rata-rata 62 ekor nimfa,
sedangkan betina yang bersayap mampu melahirkan rata-rata 49 ekor nimfa (Adam
dan Andrew dalam Pabbage et al
2007). Bayhan (2009) menyatakan bahwa
nimfa membutuhkan waktu selama 4 – 6
hari untuk menjadi imago, sedangkan imago kutu daun dapat hidup selama 4 – 12 hari (Ganguli dan Raychaudhuri dalam
Pabbage et al 2007).
Karakteristik
unik dari R. maidis di daerah subtropis dibandingkan denganserangga lain adalah
kemampuan untuk bertahan selama musim dingin dengan cara peletakan telur. Telur akan menetas saat musim panas. Hal ini
berhubungan dengan kemampuan reproduksi serangga. Potensi reproduksi kutu daun dapat mencapai
40 sampai 50 generasi per tahun. Selama
musim panas, betina tidak bersayap mendominasi akan tetapi bentuk bersayap
muncul ketika populasinya melimpah (Delahaut
2004, Gray 1997).
R.maidis
merupakan vektor penyakit mosaic pada tebu (yellow stripe disease) (Kalshoven
1981), selain itu R. maidis juga merupakan vektor dari plum pox virus pada
tanaman persik (Wallis et al 2005). R. maidis lebih menyukai tanaman sorgum
sebagai tanaman inangnya, namun ia juga menyerang jagung, barley, padi-padian,
rumput-rumputan, dan beberapa tanaman yang berasal dari famili Graminae. Serangan hebat kutu daun jagung menyebabkan
daun layu, keriting, dan terlihat kuning.
R. maidis menghasilkan embun madu yang dikeluarkan melalui anusnya.
Embun madu tidak berbahaya, namun keberadaannya yang melekat pada permukaan
daun dapat mendukung pertumbuhan cendawan saprofit (Capnodium sp.) sehingga
dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman (Long 1994, Ratcliffe et al 2004).
2.3
Musuh Alami Kutu daun R. maidis
Kutu
daun memiliki banyak musuh alami, yaitu meliputi beberapa spesies kumbang
Coccinellidae, Syrphidae, dan Chrysopidae (green lacewing) sebagai predator serta beberapa
parasitoid dari jenis tabuhan (Long 1994, Irshad 2001, Delahaut 2004)
3. ryzaephylus surrinamensis (Linnaeus)
Deskripsi:
Kumbang
dewasa berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 5 mm, dengan bentuk tubuh
yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang
gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada
sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Di Indonesia banyak
menimbulkan kerusakan pada kopra bersama-sama kumbang kopraNecrobia rufipes dan Ahasverus advena. Gejala
serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia tetapi liang
gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada
celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau
terpisah-pisah. Produksi telur tiap induk antara 45-285 butir. Beberapa hari
kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di
sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila
akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau
celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung
abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di
sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang. Di Indonesia, daur hidup
hama ini tercatat 3-4 minggu. Kumbangnya sendiri dapat hidup selama 6-10 bulan.
Pada kondisi yang sangat baik kumbang tersebut dapat hidup selama 3 tahun
4.Hama
kepik
Gejala:
Nimfa
dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap
polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang
terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
Morfologi:
Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Ttelur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar.
Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Ttelur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar.
Klasifikasi:
Ordo: Hemiptera
Famili: Pentatomidae
Genus: Nezara
Spesies: Nezara viridula
Ordo: Hemiptera
Famili: Pentatomidae
Genus: Nezara
Spesies: Nezara viridula
Siklus hidup: 4 – 8 minggu
- Telur 5 – 7 hari
- Larva: 21 – 28 hari
- Telur 5 – 7 hari
- Larva: 21 – 28 hari
Ekologi:
Terdapat di seluruh dunia yang bersuhu hangat.
Tanaman inang: polifag khususnya herba dan makan berbagai bagian tanaman.
Terdapat di seluruh dunia yang bersuhu hangat.
Tanaman inang: polifag khususnya herba dan makan berbagai bagian tanaman.
Pengendalian;
Menggunakan
musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp.
merupakan parasit pada telur kepik hijau.pergiliran tanaman, penanaman
serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara
ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika
ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa
pada umut 45 hari setelah tanam.
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Diketahui bahwa hama – hama yang
teridentifikasi pada tanaman jagung adalah
1.ulat grayak (Spodoptera Litura)
2. Kutu daun jagung,Rhopalosiphum maidis (Fitch)
(Homoptera: Aphididae)
3. ryzaephylus surrinamensis (Linnaeus)
4.Hama
kepik
Daftar
pustaka
·
Departemen Pertanian. 1983. Pedoman
Pengenalan, Pengamatan dan Penbendalian Hama ulat grayak . Direktorat
Perlindundan Tanaman. Jakarta. 24 Halaman.
·
Dharmadi, A. 1977.hlama Ulat pada
Tanaman The. Lokarakarya Proteksi Tanaman. BPTK Gambung. 13 Ha1aman.
·
Wahyu, Widayat. 1989. Hama-hama Penting
tanaman dan cara pengendaliannya. Gambung. 23 hal.
·
http://sherly.vi08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-jagung
di akses pada www.google.com
pada hari 7 januari 2012 pada pukul 17.00
·
http://epetani.deptan.go.id//
, di akses pada www.google.com
pada hari 7 januari 2012 pada pukul 17.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar